RMOL. Ribuan orang menyambut kedatangan pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi di distrik Dawei, Myanmar, kemarin. Dia muncul di atap mobil yang terbuka dengan melambaikan tangan ke arah massa.
Warga Dawei memadati seÂpanjang jalan yang dilewati Suu Kyi hanya untuk melihat sekilas pimpinan NLD yang telah mengÂhabiskan waktunya selama dua dekade terakhir di tahanan. MeÂreka juga meneriakkan “Hidup Ibu Suuâ€. Lalu lintas pun terÂsendat di Dawei, 615 kilometer seÂbelah selatan Yangon.
Dawei adalah kota pantai perÂtama yang dikunjunginya dalam serangkaian roadshow (tur) poÂlitik menjelang pemilu sela 1 April. Kunjungan ini juga menÂjadi pusat perhatian untuk meÂngukur sejauh mana Suu Kyi beÂnar-benar leluasa bergerak seÂtelah bebas dari status tahanan ruÂmah dan mencalonkan diri untuk menjadi anggota parlemen.
Dalam kunjungan politik perÂtamanya, Suu Kyi menyerukan perubahan RUU yang diajukan militer. â€Ada beberapa hukum yang menghalangi kebebasan rakyat dan kami ingin meng-hilangkan hukum ini daÂri rangka kerja parlemen,†kata Suu Kyi seusai mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat parÂtaiÂnya, Liga Nasional untuk DeÂmoÂkrasi (NLD) di Dawei.
“Kami telah meminta berkali-kali untuk Daw Suu berkamÂpanye untuk wilayah kita. Dia suÂdah tidak ke sini selama 23 taÂhun,†kata Aung Soe, salah satu kanÂdidat NLD di kota tersebut. Daw adalah istilah penghormatan di Myanmar.
Myanmar selama lima dekade ini berada di bawah pemerintahan militer telah melakukan transÂformasi. Pemerintahan baru yang didomiasi beberapa bekas jeÂnÂderal telah melakukan dialog dengan oposisi dan memÂbeÂbasÂkan ratusan tahanan politik. NLD juga telah diterima kembali di kancah politik negara itu.
Suu Kyi telah mengubah lamÂbang partai NLD demi berÂparÂtisipasi dalam pemilu. Dia pun telah mendaftarkan partai NLD sebagai peserta pemilu menÂdatang pada Desember 2011.
Suu Kyi menyatakan diri untuk kembali terjun ke dunia politik setelah dirinya dibebaskan dari tahanan rumah yang dijalaninya bertahun-tahun lamanya. PeÂmerintahan Myanmar yang diÂpimpin Presiden Thein Sein akhirÂnya membebaskan Suu Kyi pada awal November 2010.
Presiden Myanmar U Thein Sein meninggalkan Nay Pyi Taw, kemarin, untuk berkunjung ke Singapura yang bertujuan memÂpromosikan hubungan bilateral dan kerja sama, kata sumber-sumÂber resmi dari ibu kota. Ini adalah kunjungan pertama Thein Sein ke negara Asia Tenggara seÂjak dia menjabat pada Maret 2011.
Singapura adalah investor terÂbesar keenam di Myanmar setelah China, Thailand, Hong Kong, Korea Selatan. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: