Pemenang Nobel Perdamaian baru dibebaskan dari tahanannya setelah diadakan reformasi. Dia berharap bahwa parlemen akan menyetujui revisi Konstitusi mesÂkipun militer tetap akan meÂngontrol sejumlah kursi penting.
“Saya tidak terlalu khawatir deÂngan hal itu. Saya berpikir bahÂwa militer kita, seperti bangsa kita, (yang) ingin melihat Burma (Myanmar) lebih bahagia, lebih kuat, dan lebih harmonis,†katanya.
“Karena itu, saya mendukung amandemen (Konstitusi) meski harus melalui negosiasi,†kata Suu Kyi di East-West Center pada kunjungan negara bagian Hawaii, Amerika Serikat, Jumat (25/1) waktu setempat.
Presiden Myanmar yang bekas pemimpin junta, Thein Sein mengejutkan para pengecam dengan meluncurkan banyak reformasi setelah berkuasa pada 2011 — termasuk membebaskan para tahanan politik, melongÂgarÂkan sensor dan mengijinkan Suu Kyi masuk parlemen.
Thein Sein pernah mengatakan dia akan menerima Suu Kyi sebagai presiden jika Liga NaÂsional untuk Demokrasinya meÂmeÂnangkan pemilu mendatang pada 2015. Namun, aktivis meraÂguÂkan hal itu karena menganggap militer tidak akan mau melepas kekuasaan.
“Saya tidak menganggap KonsÂtitusi untuk mempertahankan siapapun seumur hidup, atau apaÂkah ditulis dengan maksud menÂcegah siapapun untuk menÂjaÂbat seumur hidup,†tegas Suu Kyi.
“Itu sama sekali tidak dapat diterima, itu tidak demokratis, dan itu bukan Konstitusi,†katanya.
Meskipun posisi politiknya itu, Suu Kyi dihormati sejumlah perwira, karena ayahnya, Aung San, mendirikan angkatan darat dan memimpin perjuangan mÂeÂlaÂwan kekuasaan kolonial Inggris.
Dalam konstitusi Myanmar 2008, syarat menjadi presiden Myanmar yakni tidak boleh menikah dengan warga asing dan memiliki keturunan yang berÂkewarganegaraan asing. Padahal, Suu Kyi menikah dengan WN Inggris Michael Aris, dan meÂmiliki dua orang anak.
Suu Kyi mengunjungi Hawaii sebagai inisiatif untuk berbagi mengenai perjuangannya. Suu Kyi juga melakukan tur ke seÂjumlah negara Eropa dan AmeÂrika Utara sejak pembebasannya dari tahanan rumah. Pada NoÂvember lalu, Presiden AS Barack Obama melakukan kunjungan bersejarah ke Myanmar, untuk mendorong reformasi.
AS dan Myanmar sejak lama terlibat dalam konflik terkait peÂnahanan Suu Kyi, bahkan juga menyangkut masalah nama resmi negara Myanmar. Dalam sebuah pernyataan, Junta menyatakan “sangat keberatan†atas pengÂgunaan nama Burma yang sering disebut oleh AS. Junta mendesak kedua negara untuk menghindari tindakan “saling tidak mengÂhormatiâ€.
Burma adalah nama Myanmar dalam bahasa Inggris. Nama Myanmar diperkenalkan sejak militer mengambil alih kekuaÂsaan di negara itu.
“Pernyataan bahwa kita harus menyingkirkan nama itu (Burma) karena itu warisan kolonial meruÂpakan pengertian sempit, dan saya pikir itu mencerminkan kuÂrangnya rasa percaya diri,†katanya.
Suu Kyi mencatat bahwa JeÂpang, Cina, India, Indonesia dan Filipina juga menggunakan naÂma-nama yang warisan dari orang asing.
“Ini bukan tentang nama yang membuat negara, melainkan neÂgara yang membuat nama.†[Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: