Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Evakuasi WNI Di Marawi Belum Dilakukan Karena Masih Ada Operasi Militer

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 29 Mei 2017, 16:33 WIB
Evakuasi WNI Di Marawi Belum Dilakukan Karena Masih Ada Operasi Militer
Kelompok Abu Sayyaf/net
rmol news logo Proses evakuasi 11 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Kota Marawi, Mindanao, Filipina Selatan belum mungkin dilakukan karena operasi militer di kota itu masih terus berlangsung.

Demikian disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir (Tata) kepada wartawan di Jakarta, Senin (29/5).

"Saat ini belum memungkinkan untuk kita melakukan evakuasi untuk 10 WNI dari Marawi karena memang situasi di sana masih ada operasi militer sehingga sulit untuk kita membawa mereka keluar," kata Tata.

Menurut Tata, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Davao telah menyiapkan rencana evakuasi jika situasi di Marawi sudah memungkinkan. Namun demikian, pemerintah kata Tata memastikan 11 WNI di Marawi aman.

"Saat ini para WNI itu berada di daerah yang aman sehingga untuk sementara mereka tetap di sana," ujar Tata.

Pihak Kepolisian RI juga kata Tata terus berkoordinasi dengan kepolisian setempat di Filipina untuk membantu mengawasi dan memastikan keselamatan para WNI di Marawi.

"Pihak KJRI Davao juga terus menjalin komunikasi dengan Kepolisian Provinsi Lanao del Sur di Marawi untuk memberikan perlindungan bagi WNI," tambah Tata.

Sebelumnya, Tata menepis informasi mengenai keterkaitan para WNI tersebut dengan kelompok Maute atau ISIS atau kelompok teroris lain yang berhubungan dengan konflik bersenjata di Marawi pada 23-24 Mei 2017.

"Mereka (WNI di Marawi) memiliki dokumen, seperti paspor, yang lengkap dan sudah mendapat izin dari pemerintah setempat untuk melakukan kegiatan (Khuruj) mereka," ujar Tata.

Tata menyebutkan di Marawi saat ini ada 10 WNI yang merupakaan jamaah Tabligh asal Bandung dan Jakarta yang sedang melakukan Khuruj (meninggalkan rumah untuk ibadah dan dakwah di masjid selama 40 hari).

"Dan satu orang Indonesia lainnya adalah WNI yang menikah dengan orang setempat dan sudah lama tinggal di Marawi. Yang bersangkutan selama ini menjalin kontak dengan KJRI Davao," demikian Tata.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memberlakukan darurat militer di Pulau Mindanao, Filipina selatan, menyusul pertempuran antara pasukan militer dan kelompok ISIS di Kota Marawi, Lanao del Sur, Filipina pada Selasa (23/5).

Dalam pertempuran itu, Pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, tampak diantara 15 milisi pendukung ISIS saat baku tembak terjadi dengan pasukan militer Filipina.[san]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA