Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenal Lebih Dekat Jamal Khashoggi, Wartawan Yang Hilang Di Konsulat Saudi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 11 Oktober 2018, 10:09 WIB
Mengenal Lebih Dekat Jamal Khashoggi, Wartawan Yang Hilang Di Konsulat Saudi
Jamal Khashoggi/Net
rmol news logo Nama Jamal Khashoggi menjadi sorotan sejak sepekan terakhir. Pasalnya, wartawan Saudi itu dikabarkan menghilang di konsulat Saudi di Istanbul Turki.

Pada 2 Oktober kemarin, Khashoggi terbang ke Istanbul Turki dan masuk ke konsulat Saudi untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahannya dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Namun tunangannya yang menunggu di luar mengaku bahwa Khashoggi tidak pernah keluar dari gedung konsulat. Pihak Saudi mengatakan bahwa dia telah meninggalkan konsulat.

Kemudian muncul isu bahwa ada kemungkinan dia telah dibunuh di dalam konsulat. Meski begitu, belum ada konfirmasi atau penyataan pasti soal nasib Khashoggi.

Mengenal lebih dekat khashoggi, dia merupakan salah satu wartawan Saudi dan Arab yang paling terkemuka. Dia juga dikenal sebagai komentator politik terkemuka dari generasinya. Dia telah menggeluti karirnya sebagai wartawan sejak hampir 30 tahun terakhir.

Lahir di Madinah pada tahun 1958, Khashoggi dulunya dekat dengan lingkaran dalam keluarga kerajaan Saudi, di mana ia mendapatkan reputasinya sebagai seorang reformis dengan mendorong batas-batas kritis dengan mempertanyakan kebijakan regional dan domestik Saudi.

Khashoggi muda mempelajari jurnalisme di Indiana University di Amerika Serikat dan memulai kariernya sebagai koresponden untuk surat kabar berbahasa Arab Saudi Gazette.

Kemudian dari tahun 1987 hingga 1990, dia bekerja untuk surat kabar Asharq Al-Awsat yang berbasis di London dan Saudi. Dia juga menghabiskan delapan tahun menulis untuk koran pan-Arab Al-Hayat.

Khashoggi kemudian terkenal karena liputan tentang peristiwa Afghanistan, Aljazair, Kuwait dan Timur Tengah pada 1990-an. Dia berhasil bertemu dan mewawancarai Osama bin Laden beberapa kali di pertengahan dekade, sebelum dia menjadi pemimpin kelompok al-Qaeda.

Lalu pada tahun 1999, Khashoggi menjadi wakil editor untuk koran Arab Saudi yang dikelola Saudi, dan tetap dalam posisi itu selama empat tahun. Dia juga pernah menduduki posisi pemimpin redaksi koran Al-Watan. Namun dia tidak bertahan hingga dua bulan sebelum dia dipecat dari pos tanpa penjelasan pada tahun 2003. Namun, beberapa orang mengisyaratkan "kebijakan editorial"nya harus disalahkan.

Khashoggi kemudian menjadi penasihat media untuk Pangeran Turki bin Faisal, yang adalah mantan kepala Direktorat Intelijen Umum Arab Saudi dan menjabat sebagai duta besar Saudi untuk Amerika Serikat dari 2005 hingga akhir 2006.

Khashoggi lalu dipulihkan sebagai editor Al-Watan pada tahun 2007, tetapi dipecat lagi pada tahun 2010, karena dinilai mendorong batas-batas perdebatan dalam masyarakat Saudi.

Pada tahun yang sama, Khashoggi ditunjuk sebagai manajer umum saluran berita Al Arab, yang dimiliki oleh Pangeran Alwaleed bin Talal dan dioperasikan dari Manama, Bahrain. Saluran ini ditutup hampir satu hari setelah diluncurkan pada Februari 2015.

Khashoggi juga menjabat sebagai komentator politik, muncul di sejumlah saluran media Saudi dan Arab.

Ketika Mohammed bin Salman (MBS) mulai mengisi pos-pos penting di pemerintahan Saudi, Khashoggi lantang mempertanyakan kebijakan putra mahkota di dalam negeri, terutama setelah janji-janji reformasi diikuti oleh gelombang penangkapan dan penindasan.

Khashoggi terus menulis, dan mengadvokasi kebebasan berbicara di negaranya, dan pada September 2017 dia mengkritik klasifikasi Ikhwanul Muslimin sebagai teroris oleh Arab Saudi.

Karena vokal menyuarakan kritik, kehadiran Khashoggi di Saudi menjadi sorotan dari hari ke hari, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke Washington DC. Dia mengaku bahwa dia pindah setelah dia diperintahkan untuk tutup mulut.

Pada bulan yang sama dengan kepindahannya, ia menerbitkan artikel dengan The Washington Post dengan judul "Arab Saudi tidak selalu represif. Sekarang tidak tertahankan."

Hal itu memicu kritik di Saudi. Gubernur Provinsi Mekah Pangeran Khaled Al Saud melontarkan kritik padanya di Twitter.

"Kepemimpinan kami yang dipandu tidak membutuhkan nasihat dari Anda dan orang-orang seperti Anda," tulis Saud seperti dimuat Al Jazeera.

Beberapa bulan kemudian, pada bulan Desember, surat kabar Al-Hayat mengakhiri hubungannya dengan dia dan melarang tulisan-tulisannya.

Selama tinggal di Washington, DC, dia berpartisipasi dalam banyak kegiatan untuk membela kebebasan dan hak.

Dalam peran barunya sebagai editor opini untuk The Washington Post, Khashoggi menjadi lebih vokal tentang kritiknya terhadap putra mahkota Saudi. Dia menyamakan Mohammed Bin Salman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam sebuah artikel bulan September 2018 berjudul "Putra Mahkota Arab Saudi Harus Mengembalikan Martabat ke Negaranya - dengan Mengakhiri Perang Kematian Yaman" ia mendesak kerajaan "untuk menghadapi kerusakan yang diakibatkan oleh lebih dari tiga tahun perang di Yaman".

Dia juga menulis bahwa Arab Saudi "tidak mampu untuk berkelahi dengan Kanada", mengacu pada perselisihan antara kedua negara atas kritik Kanada tentang hak asasi manusia di kerajaan. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA