Aktivis dan oposisi telah menyerukan boikot pemilu kali ini karena mereka menilai bahwa pemilu tidak lebih dari sekedar lelucon. Mereka meragukan kredibilitas pemilu kali ini.
Keluarga Sunni-Muslim yang berkuasa Al Khalifa Bahrain telah mempertahankan perselisihan karena oposisi Syiah melancarkan pemberontakan yang gagal pada tahun 2011. Arab Saudi mengirim pasukan untuk membantu menghancurkan kerusuhan.
Diketahui bahwa Riyadh menganggap negara pulau tetangga, yang tidak memiliki kekayaan minyak yang luas seperti negara-negara Teluk lainnya, sebagai sekutu penting dalam perang proksi dengan Iran di Timur Tengah.
Bahrain, yang merupakan rumah bagi Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat, telah menutup kelompok-kelompok oposisi utama, melarang anggotanya untuk mencalonkan diri dalam pemilu dan menuntut sejumlah orang.
"Jelas, legislatif dari negara-negara demokratis terkemuka di dunia percaya bahwa pemilihan yang akan datang di Bahrain tidak memiliki legitimasi. Anda tidak bisa menghancurkan, menyiksa dan memenjarakan seluruh oposisi Anda, menyerukan pemilihan semu, dan kemudian menuntut rasa hormat dari masyarakat internasional," kata Sayed Ahmed Alwadaei, direktur Lembaga Hak dan Demokrasi Bahrain (BIRD) yang bermarkas di Inggris, seperti dimuat
Al Jazeera.
[mel]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: