Pertemuan tersebut bertugas untuk membangun kerjasama internasional dalam upaya memastikan perdamaian khususnya di dunia Islam.
Yenny mengaku dipilih secara pribadi karena aktivitas bersama Nahdlatul Ulama, organisasi Islam dengan keanggotaan mencapai 80 juta jiwa.
Putri Presiden keempat RI Gus Dur itu dinilai mampu bekerja mempromosikan perdamaian hingga akar rumput, pemberdayaan perempuan termarjinalisasi, serta pikirannya yang tercurahkan untuk Wahid Foundation.
"Saat ini fokus saya membangun jaringan internasional untuk kampanye perdamaian. Alhamdulillah kami mulai mendapat pengakuan dari lembaga-lembaga dunia. Misalnya belum lama ini kami baru bekerjasama dengan UN Women-lembaga PBB yang menangani masalah perempuan untuk menjalankan program Perempuan Untuk Perdamaian," sebut Yenny dalam keterangannya, Jumat (7/12).
Dia berbicara dalam salah satu sesi tentang women deliver peace, atau peranan perempuan dalam memperjuangkan perdamaian.
"Saya paparkan tentang program kami bernama Desa Damai, program ini bertujuan untuk memberikan tingkat harapan hidup lebih besar dan lebih tinggi," ujar Yenny.
Dia juga menjelaskan bagaimana dirinya mempromosikan perdamaian di dunia terutama oleh umat muslim. Bagaimana membangun aliansi diantara berbagai peradaban, kebudayaan dan agama agar tercipta perdamaian dunia.
"Para ulama di sini sepakat bahwa tidak ada gunanya bertikai soal agama. Terutama dari sudut pandang teologi. Justru kita harus mencari titik temu antar agama," ujar Yenny.
Sebelum ke Dubai, Yenny bersama PBB memulai program perempuan untuk perdamaian dengan fokus perempuan di desa. Pada 2017 lalu, Yenny juga menjadi perwakilan Indonesia dalam pembentukan dewan toleransi dan perdamaian global di Pulau Malta. Dalam pembentukan dewan tersebut Yenny bersama perwakilan tujuh negara lainnya antara lain AS, Mesir dan UEA.
[rus]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.