Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pilpres Di Kongo Berpotensi Picu Perang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 10 Desember 2018, 21:53 WIB
Pilpres Di Kongo Berpotensi Picu Perang
Denis Mukwege/Reuters
rmol news logo Pemilihan presiden yang akan digelar di Republik Demokratik Kongo bulan ini akan mengarah pada konflik atau perang bila tidak dilakukan dengan bebas, adil dan damai.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Begitu kata peraih Nobel Perdamaian, Denis Mukwege pada Senin (10/12). Mukwege adalah penerima hadiah Nobel 2018 untuk karyanya sebagai dokter yang membantu korban kekerasan seksual di kota Bukavu, Kongo timur. Dia telah melakukan operasi pada sejumlah wanita dan berkampanye untuk menyoroti penderitaan mereka setelah mereka diperkosa oleh pria bersenjata.

Dia berbagi hadiah dengan Nadia Murad, seorang aktivis hak Yazidi dan korban dari perbudakan seksual yang dilakukan oleh Negara Islam atau ISIS.

Dia mengaku khawatir dengan pemilu presiden yang akan digelar 23 Desember mendatang. Pasalnya, pemilu tersebut merupakan pengalihan kekuasaan demokratis pertama di Kongo dan mengakhiri pemerintahan Presiden Joseph Kabila, yang dimulai pada tahun 2001 setelah pembunuhan ayahnya.

"Apa yang saya lihat ketika saya meninggalkan negara saya tidak meyakinkan saya," kata Mukwege kepada Reuters.

"Sangat sedikit persiapan pemilu dan banyak persiapan militer. Saya sangat khawatir bahwa pemilihan ini tidak akan bebas, adil, kredibel dan damai dan jika ada penipuan besar-besaran. Pendukung (dari calon yang kalah) tidak akan menerima mereka," sambungnya.

Dia mengatakan pihak berwenang pemilihan berjuang untuk memenuhi tenggat waktu menjelang pemungutan suara dan bahwa kekerasan semakin memburuk di perbatasan timur dengan Rwanda, Uganda dan Burundi.

"Unsur-unsur ini memberi kesan kepada saya bahwa penindasan sedang dipersiapkan, paling tidak, dan bisa jadi perang melawan rakyatnya sendiri sedang dipersiapkan," katanya.

Sebagai informasi, Kabila dijadwalkan mundur pada tahun 2016 di akhir mandat konstitusionalnya. Namun pemilihan untuk menggantikannya berulang kali ditunda dan memicu protes di mana puluhan orang terbunuh. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA