Pemilu akhir bulan ini akan dapat menorehkan sejarah baru karena menandai pengalihan kekuasaan demokratis Republik Demokratik Kongo yang pertama. Namun, kekerasan dan persiapan pemilu yang kacau-balau telah menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya masalah yang merusak pemilu tahun 2006 dan 2011 lalu.
"Dalam lingkungan pemilihan yang sudah tegang, saya mendesak pemerintah untuk mengirim sinyal yang jelas bahwa ancaman dan kekerasan terhadap lawan-lawan politik tidak akan ditoleransi," kata Bachelet dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
Reuters.
"Saya sangat khawatir tentang laporan penggunaan kekuatan yang berlebihan, termasuk amunisi hidup, oleh pasukan keamanan terhadap unjuk rasa oposisi," tambahnya.
Sementara itu, dalam konferensi pers, juru bicara pemerintah Kongo, Lambert Mende mengatakan pemerintah memperkuat keamanan jelang pemilu. Dia justru menyalahkan pemimpin oposisi yang dinilai bertanggung jawab atas kekerasan terbaru.
"Orang-orang yang terkenal karena ekstremisme mereka, dan yang jelas telah menerima atau memberi diri mereka sendiri misi untuk melakukan torpedo dan menghilangkan prasangka atas proses pemilihan, telah bekerja untuk merusak proses selama beberapa hari terakhir," tambahnya.
[mel]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: