Pengumuman tersebut mengejutkan, mengingat jajak pendapat pra-pemilihan menunjukkan bahwa pengusaha Martin Fayulu unggul dalam pemilu.
Fayulu menyebut hasilnya manipulatif dan merupakan bentuk kudeta pemilihan yang dirancang oleh Presiden Joseph Kabila yang akan keluar.
Sementara itu, seperti dimuat
Reuters, Perancis menilai bahwa hasilnya bertentangan dengan penghitungan yang diberikan oleh pengamat dari Gereja Katolik. Perhitungan itu juga menunjukkan kemenangan Fayulu.
Di depan umum, gereja mengatakan penghitungannya tidak sesuai dengan hasil resmi.
Kubu Faluyu yang geram akan hasil pemilu itu mengatakan bahwa Tshisekedi menang dengan memotong kesepakatan pembagian kekuasaan dengan Kabila. Hal tersebut dinilai bisa mengaburkan apa yang dimaksudkan sebagai transfer kekuasaan demokratis pertama Kongo dalam 59 tahun kemerdekaan.
Kamp Tshisekedi sendiri telah mengakui kontak dengan perwakilan Kabila sejak pemilihan tetapi mengatakan mereka bertujuan untuk memastikan transisi yang damai dan menolak kesepakatan.
[mel]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: