Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

LAPORAN DARI VIETNAM

Bertemu Di Hanoi, How Low Can You Go

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Rabu, 27 Februari 2019, 07:35 WIB
Bertemu Di Hanoi, How Low Can You Go
Kim Jong Un tiba di Dong Dang, Hanoi/Repro
rmol news logo Ibarat pertandingan catur, kedua pemain telah tiba di tempat pertandingan, duduk menghadapi papan catur dan tengah bersiap-siap memainkan bidak demi bidak.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kedua pemain catur itu adalah pemimpin tertinggi Republik Rakyat Demokratik Korea atau Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Tempat pertandingan kali ini adalah Hanoi, ibukota Vietnam. Sementara papan catur yang mereka gunakan masih sama, Semenanjung Korea dan kawasan Asia Timur.

Adapun bidak utama di atas papan catur antara lain adalah fasilitas nuklir Korea Utara yang dikembangkan untuk mempertahankan diri dari kemungkinan serangan lawan, dan sanksi yang diberikan AS dan PBB kepada Korea Utara karena pengembangan nuklir itu.

Dalam pertemuan pertama bulan Juni 2018, keduanya bermain dengan tempo yang tidak terlalu tinggi. Lebih banyak tersenyum daripada menyeringai. Bahkan yang terakhir ini pun sepertinya tidak pernah diperlihatkan di wajah.

Hasil dari pertemuan pertama adalah kesepahaman yang tidak begitu detail, yang pada gilirannya melahirkan ketidakpuasan di kedua pihak.

Korea Utara merasa telah memberikan semua yang dia punya, menghancurkan fasilitas nuklir di sejumlah tempat. Tetapi sanksi AS dan PBB tak kunjung dicabut juga, dan tentu saja membuat kerjasama dengan Korea Selatan jadi ikut terkendala.

Di sisi AS juga ada ketidakpuasan. Secara umum Trump masih meragukan ketulusan Kim dalam menghapuskan program nuklir.

AS menuntut apa yang dikenal sebagai complete, verified and irreversible dismantlement, atau pelucutan senjata yang menyeluruh, terverifikasi, dan tidak dapat diulang atau dikembangkan lagi.

Salah satu ukuran keseriusan Korut menurut AS adalah panghancuran fasilitas nuklir di Yongbyeon. Selain itu, diperlukan verifikasi dari IAEA di setiap fasilitas yang dihancurkan. Juga perlu dipastikan, bahwa penghancuran total itu membuat Korea Utara tidak bisa membangun kembali persenjataan nuklir mereka.

Salah satu agenda penting lain yang kemungkinan juga akan dibicarakan dalam pertemuan kedua ini adalah soal mengakhiri status perang antara Korea Utara dengan koalisi internasional yang dipimpin AS dan menggunakan bendera PBB.

Kita masih harus menunggu siapa yang akan berinisiatif menawarkan agar perjanjian gencatan senjata diganti dengan perjanjian damai.

Kim Jong Un lebih dahulu tiba di lokasi pertandingan, Hanoi. Kereta hijau zaitun yang membawanya dari Pyongyang melintasi jarak tak kurang dari 4.000 kilometer tiba di stasiun Dong Dang, di perbatasan Vietnam dan Republik Rakyat China, pada Selasa pagi (26/2).

Kim Jong Un dan rombongan meninggalkan Pyongyang hari Sabtu lalu (23/2) sekitar pukul 16.30 waktu setempat.

Ini perjalanan historik yang tidak mudah. Awalnya banyak yang meragukan tekad Kim Jong Un naik kereta dari Pyongyang menuju Hanoi. Selain faktor fisik, isu keamanan di sepanjang jalur kereta yang dilalui membutuhkan penanganan khusus.

Tetapi faktanya, Kim Jong Un keluar dari gerbong utama dengan wajah berseri. Tak tampak tanda-tanda ia mengalami kelelahan. Kim Jong Un menghampiri pejabat Vietnam yang menyambutnya di ujung karpet merah dengan langkah pasti. Melesat. Sampai-sampai penterjemahnya tertinggal di belakang dan harus tergopoh-gopoh menyusul Kim Jong Un.

Ada anggapan yang mengatakan bahwa Kim terpaksa naik kereta api karena merasa malu kalau harus meminjam pesawat dari China lagi, seperti yang dilakukannya saat terbang ke Singapura tahun lalu.

Ia tidak bisa naik Air Koryo karena pesawat yang dimiliki maskapai Korea Utara itu hanya bisa melayani penerbangan ke Beijing dan Vladivostok. Selain itu, pesawat Air Koryo paling bagus sekalipun akan kalah bila berdampingan dengan Air Force One.

Tetapi yang pasti, kereta api adalah moda transportasi yang biasa untuk pemimpin Korea Utara. Bersamaan dengan itu, Kim Jong Un tampaknya juga ingin mengulangi apa yang pernah dilakukan kakeknya 55 tahun sebelum ini, mengunjungi Hanoi dengan kereta api yang juga berwarna hijau zaitun.

Dari Dong Dang, Kim Jong Un menuju Melia Hanoi Hotel tempat dia menginap selama di Vietnam. Perjalanan ke pusat kota sejauh 170 km ditempuh selama dua jam.

Sekitar 100 wartawan AS yang tadinya menginap di hotel terpaksa direlokasi ke hotel lain. Kim tak berkenan atas keberadaan mereka di hotel yang sama dengan dirinya.

Donald Trump tiba tengah malam. Disambut pasukan Vietnam berseragam putih. Ia menginap di J.W. Marriott. Hari Rabu, Trump dijadwalkan bertemu dengan pejabat tinggi Vietnam sebelum menghadiri jamuan makan malam dengan Kim.

Permainan catur yang sesungguhnya akan dilakukan di Sofitel Legend Metropole Hotel. Di tempat inilah akan ditentukan batas baru bagi dialog keduanya. Hanoi yang sedang gloomy, berkabut, akan menentukan how low can you go, Kim and Trump? ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA