Mengheningkan cipta dipimpin oleh Dutabesar Republik Tunisia untuk Republik Indonesia Riadh Dridi yang naik ke atas panggung setelah lagu kebangsaan kedua negara dinyanyikan.
“Saya ajak kita semua untuk mengheningkan cipta selama satu menit demi mengenang korban pembantaian di Christchurch, Selandia Baru dan korban bencana alam di Sentani, Indonesia,†ujar Dubes Dridi.
Resepsi yang digelar di Hotel Double Three, Jalan Pegangsaan itu dihadiri sejumlah dutabesar negara sahabat. Tamu kehormatan dari pihak Indonesia adalah Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia AM Fachir.
Dalam sambutannya, Dubes Dridi yang baru bertugas di Jakarta mengucapkan terima kasih atas kehadiran korps diplomatik di Jakarta dalam resepsi tersebut.
Ia menggarisbawahi semangat persaudaraan yang telah terjalin sejak lama antara Indonesia dan Tunisia. Indonesia ikut memperjuangkan kemerdekaan Tunisia melalui Kongres Asia Afrika di Bandung pada 1955. Setahun setelah KAA, pada 20 Maret 1956, Tunisia menyatakan kemerdekaan dari Prancis.
Hubungan bilateral kedua negara, katanya, semakin hari semakin baik dan erat. Saling kunjung mengunjungi antara pejabat Indonesia dan Tunisia juga semakin intens.
Ia mencontohkan kunjungan Menlu RI Retno Marsudi ke Tunisia pada Oktober 2018 bersamaan dengan pertemuan ke-10 Komite Bersama Indonesia dan Tunisia. Kunjungan itu juga istimewa karena diselenggarakan bersamaan dengan Bali Democracy Forum di Tunisia. Itu adalah kali pertama BDF diselenggarakan di luar Indonesia.
Kunjungan Menlu Retno Marsudi ini dibalas oleh Menlu Tunisia Khimenes Jinaoui dua bulan kemudian.
“Minggu lalu kami juga menyelenggarakan pertemuan ketiga untuk membahas Preferential Trade Agreement (PTA) antara kedua negara,†kata dia lagi.
PTA adalah perjanjian yang khusus dilakukan untuk meningkatkan volume dagang kedua negara. Caranya adalah dengan mengurangi tarif atau bea masuk barang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: