Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Was-was Pyongyang Keluar Dari Perundingan, Trump Cabut Sanksi Baru Korut

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Sabtu, 23 Maret 2019, 19:48 WIB
Was-was Pyongyang Keluar Dari Perundingan, Trump Cabut Sanksi Baru Korut
Kim Jong Un dan Trump/Net
rmol news logo Amerika Serikat menarik sanksi baru bagi Korea Utara. Penarikan itu diperintahkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat (22/3).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
 
Semula, ada kesalahpahaman kabar. Penarikan sanksi yang diputuskan Trump pada awalnya dianggap merujuk pada sanksi yang dikeluarkan Departemen Keuangan Amerika Serikat sehari sebelumnya terhadap dua perusahaan pelayaran China yang dituduh membantu Korea Utara menghindari sanksi.
 
Namun Washington Post kemudian melaporkan, dengan mengutip para pejabat yang mengetahui masalah ini, Trump sebenarnya mengacu pada penarikan sanksi yang rencananya akan ditetapkan di masa depan kepada Korea Utara.
 
Kesalahpahaman terletak pada pengumuman Trump di Twitter.
 
"Diumumkan hari ini oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat bahwa Sanksi skala besar tambahan akan ditambahkan ke Sanksi yang sudah ada di Korea Utara," tulisnya.
 
"Saya hari ini memerintahkan penarikan Sanksi tambahan itu!" tambahnya.
 
Langkah Trump ini dipandang sebagai indikator dari keinginan Trump untuk melanjutkan negosiasi denuklirisasi dengan Korea Utara.
 
Pengumuman itu muncul saat negosiasi untuk membongkar program senjata nuklir Korea Utara menemui jalan buntu menyusul runtuhnya KTT bulan lalu antara Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un di Hanoi.
 
Tidak lama setelah keputusan Trump itu, Sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan dalam sebuah pesan bahwa Trump menyukai Kim.
 
"Presiden Trump menyukai Ketua Kim dan dia tidak berpikir sanksi ini akan diperlukan," jelasnya seperti dimuat Yonhap.
 
Korea Utara sendiri diketahui berada di bawah sanksi hukuman untuk senjata nuklir dan program rudal balistiknya dan telah menuntut pemindahan mereka sebagai imbalan atas langkah-langkah menuju denuklirisasi.
 
Amerika Serikat sebelumnya telah menolak untuk mencabut sanksi singkat dari denuklirisasi lengkap Korea Utara Utara.
 
Kemudian, pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui mengancam untuk meninggalkan perundingan dengan Amerika Serikat. Dia mengatakan rezim tidak berniat untuk menyerah pada tuntutan "seperti gangster" Washington.
 
Dia juga mengatakan Kim akan segera memutuskan apakah akan melanjutkan pembicaraan dan mempertahankan moratorium tes nuklir dan misilnya dengan Amerika Serikat.
 
Sementara itu, Direktur Studi Korea di Pusat Kepentingan Nasional, Harry Kazianis menilai bahwa keputusa Trump juga dapat dikaitkan dengan peristiwa lain yang menunjukkan frustrasi Korea Utara pada negosiasi yang sia-sia.
 
Beberapa jam setelah sanksi diumumkan, Korea Utara menarik para pejabatnya dari kantor penghubung antar-Korea di kota perbatasan Kaesong.
 
"Mungkin ada kekhawatiran di Gedung Putih bahwa Ketua Kim mungkin bersiap-siap untuk membuat pengumuman bahwa Pyongyang keluar dari perundingan dengan Washington di masa mendatang," kata Kazianis.
 
"Pembatalan Trump dari sanksi mungkin merupakan upaya untuk membuat Korea Utara mengubah pemikirannya," tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA