Â
Berita pengunduran diri datang dalam sebuah pernyataan yang dibawa oleh kantor berita
APS yang dikelola negara.
Â
"Presiden republik, Abdelaziz Bouteflika, telah secara resmi memberi tahu presiden dewan konstitusi mengenai keputusannya untuk mengakhiri mandatnya sebagai presiden republik," begitu bunyi kabar tersebut, seperti dimuat ulang
BBC.
Â
Menurut konstitusi Aljazair, pemimpin Senat harus mengambil alih sebagai kepala negara sementara sampai pemilihan umum baru diadakan.
Â
Pengunduran diri tersebut diumumkan setelah unjuk rasa jalanan terjadi sejak Februari lalu.
Â
Pada saat itu, unjuk rasa dipicu oleh pengumuman Bouteflika bahwa dia akan kembali maju dalam pemilu April ini untuk masa jabatan kelima. Warga protes karena menilai bahwa Bouteflika tidak layak memimpin karena kondisi kesehatannya menurun.
Â
Bouteflika, yang telah berkuasa selama 20 tahun, sebelumnya telah membatalkan rencana untuk maju dalam pemilu mendatang. Namun kemudian unjuk rasa berubah menuntut agar Bouteflika mundur dari jabatannya.
Â
Pekan lalu, tentara Aljazair menyerukan agar Bouteflika dinyatakan tidak mampu melaksanakan tugasnya. Pemimpin 82 tahun itu menderita sakit stroke sejak enam tahun lalu dan jarang muncul di depan umum sejak itu.
Â
Menanggapi pengunduran diri itu, para banyak warga Aljazair bersorak sorai. Klakson mobil terdengar di jalan-jalan ibukota, Aljir, saat ratusan orang merayakan pengumuman itu.
Â
Bukan hanya itu, banyak orang mengibarkan bendera nasional Aljazair dan bernyanyi.
Â
"Insya Allah, kami akan memiliki transisi demokratis 100 persen, ini sangat penting. Kami perlu menghapus seluruh rezim sebelumnya dan itu adalah hal yang paling sulit," kata salah seorang pemimpin protes Selmaoui Seddik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: