Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Salat Subuh di Lokasi Awal Isra Mi’raj Nabi

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ilham-bintang-5'>ILHAM BINTANG</a>
OLEH: ILHAM BINTANG
  • Rabu, 03 April 2019, 20:01 WIB
Salat Subuh di Lokasi Awal Isra Mi’raj Nabi
Mekkah zaman dahulu/Net
SAYA beruntung kebetulan berada di tanah suci Mekkah, sehingga dapat menunaikan Salat Subuh, salat fardhu pertama di hari peringatan Isra Mi’raj 1440 H, Rabu (3/4) di Masjidil Haram. Dari masjid inilah dulu Nabi Muhammad “diberangkatkan" oleh Allah SWT menuju Masjidil Aqsa mengendarai Buraq. Ini fase Isra.

Lalu pada fase Mi'raj, Nabi Muhammad dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Nabi mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga karena tidak ada Nabi  lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti dialami Nabi.

Subuh Istimewa

Tidak ada perayaan khusus Isra Mi’raj di Mekkah. Namun Subuh tadi ratusan ribu jamaah memadati  masjid hingga meluber ke pelatarannya. Sejak pukul 3 dinihari saya terjaga dan masuk masjid sekitar pukul 4 subuh untuk melaksanakan serangkaian salat sunah sebelum salat fardhu Subuh pukul 04.55.

Ini subuh istimewa bagi saya. Semula, saya sendiri pun tidak mengira akan merasakan momentum hari bersejarah di lokasi bersejarah itu sendiri. Perjalanan umrah saya dan istri, awalnya diatur lima hari di Mekkah, enam hari di Madina.

Namun, satu hari sebelum berangkat, Ustadz Jamal, Boss Travel Albilad dan Ustad Nordin Boss TFO Manasek, kawan yang mengatur perjalanan di Mekkah-Madina, mengabarkan soal waktu perjalanan kereta cepat dari Mekkah-Madinah. Saat ini kereta cepat beroperasi hanya empat kali dalam seminggu.

Kami pun kembali mengatur jadwal umrah. Putusannya: memperpanjang waktu tinggal di Mekkah untuk dapat merasakan kereta cepat ke Madina. Kereta cepat ini adalah proyek raksasa Pemerintah Saudi yang baru beberapa bulan pengoperasiannya.

Keputusan itu tak dinyana mempertemukan saya dengan momen Isra Mi’raj yang diperingati umat Islam di seluruh dunia.

Sebagian ummat Islam merayakan peristiwa itu dengan melakukan Salat Tahajud di malam hari, dan di beberapa negara mayoritas Muslim, dengan menghias kota dengan lampu dan lilin. Umat Islam berkumpul di masjid dan salat berjamaah serta mendengarkan khutbah mengenai Isra dan Mi’raj.

Naik Buraq ke Sidratul Muntaha


Menurut berbagai literatur Islam, malam itu usai salat Isya dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal- (persilangan kuda dengan keledai. pen.) ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau salat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai salat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar.

Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut. Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama.

Begini kisah selanjutnya.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit.

Dia ditanya, “Siapakah ini?”

Ia menjawab, “Jibril.”

Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”

Jibril menjawab, “Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus?”

“Dia telah diutus.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad,”

“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”

“Dia telah diutus kepada-Nya,”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepada-Nya?”

“Dia telah diutus kepada-Nya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keempat. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepada-Nya?”

“Dia telah diutus kepada-Nya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Idris ‘alaihissalam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Allah telah berfirman untuknya, “dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi,” Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepada-Nya?”

“Dia telah diutus kepada-Nya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”

“Dia telah diutus kepadaNya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Musa lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketujuh. Maka Jibril minta dibukakan pintu.

“Siapakah ini?”

“Jibril.”

“Siapakah yang bersamamu?”

“Muhammad.”

“Apakah dia telah diutus kepada-Nya?”

“Dia telah diutus kepada-Nya.”

Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar.

Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, Sidratul Muntaha pun berubah dan tiada seorang dari mahluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam.

Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”

Aku menjawab, “Salat 50 kali.”

Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”

“Aku akan kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah keringanan kepada umatku.”

Aku diberi keringanan lima salat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali.”

Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman.

“Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban salat  itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap salat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali salat sama dengan 50 kali salat. Barang siapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barang siapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”

Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepada-Nya.”

Momen Isra Mi’raj

Isra Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer.

Namun, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab, dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu.

Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj.

Riwayat lain menyebut Nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa Sidratul Muntaha adalah tempat tertinggi di langit yang menjadi batas ujung pengetahuan dan amal aktifitas para makhluk. Tidak seorang makhluk pun mengetahui apa yang ada di belakangnya.

“Tempat ini diserupakan dengan as sidrah yang artinya pohon nabk karena mereka berkumpul di bawah teteduhannya. Di dekat sidratul muntaha ada surga Al Ma’wa yakni tempat tinggal arwah orang-orang mukmin yang bertaqwa,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili.

Hiburan Buat Nabi

Seperti yang disebut di depan, tiada satu pun Nabi yang pernah diperlihatkan Sidratul Muntaha oleh SWT, kecuali Nabi Muhammad SAW.

Literatur Islam menyebutkan sesungguhnya Isra Mi’raj merupakan tasliyah (hiburan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dirundung duka hingga menyebut amul huzn (tahun duka cita).

Pertama, istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada bulan Ramadhan tahun 10 kenabian. Khadijah adalah istri pertama Rasulullah yang sangat beliau cintai.

Sejak Rasulullah mendapat wahyu, Khadijah adalah orang pertama yang mendukung beliau. Ketika kembali dari gua hira’ dalam kondisi demam, Rasulullah minta kepada Khadijah “zammilunii.. zammilinuii..” Selimuti aku… selimuti aku.

Lalu Khadijah menyelimuti beliau, menenangkan beliau, memotivasi dan membangkitkan optimisme bahwa yang datang kepada beliau adalah kebaikan.

Khadijah merupakan orang yang pertama beriman dan mendukung dakwah beliau. Saat Rasulullah membutuhkan dana untuk dakwahnya untuk memerdekakan budak, membantu fakir miskin atau keperluan lainnya, Khadijah yang mensupport beliau dengan hartanya. Khadijah pula yang memberi beliau keturunan termasuk Fatimah. Khadijah pula yang dengan kedudukan mulianya melindungi Rasulullah.

Maka wafatnya Khadijah merupakan duka tersendiri bagi Rasulullah. Bagaimana mungkin kehilangan pendamping hidup sejati dan pendukung dakwah hakiki bukan sebuah duka?

Tak berselang lama setelah Khadijah wafat, paman beliau Abu Thalib juga wafat. Meskipun tidak mau masuk Islam, Abu Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Beliau yang senantiasa pasang badan saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti Rasulullah atau hendak mencelakakannya.

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Dakwah di Makkah tidak lagi memiliki celah untuk bergerak.

Namun Rasulullah tak mau berdiam diri. Dakwah di Makkah dibatasi, beliau pun berupaya dakwah ke luar Makkah. Beliau pergi ke Thaif dengan harapan di sana dakwah diterima. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari dengan batu hingga kaki beliau berdarah.

Setelah mengalami amul huzn inilah, Allah SWT  meng-isra’-kan Rasulullah SAW. Rasul diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari perjalanan yang super kilat ke Masjidil Aqsa, mengimami para Nabi di sana, lantas naik ke Sidratul Muntaha, bertemu dengan Allah SWT dan mendapat perintah salat lima waktu, juga diperlihatkan surga dan neraka.

Semua rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah bagi beliau. rmol news logo article
Penulis adalah Wartawan Senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA