Â
Hal itu terungkap dalam laporan awal mengenai kecelakaan yang merenggut 157 nyawa itu. Laporan tersebut dirilis hari ini (Kamis, 4/4).
Â
Dalam laporan resmi itu ditemukan bahwa pilot berulang kali mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh Boeing sebelum kecelakaan terjadi. Namun, pilot tetap tidak dapat mengendalikan pesawat.
Â
"Para kru melakukan semua prosedur berulang kali (yang) disediakan oleh pabrikan tetapi tidak dapat mengendalikan pesawat," kata Menteri Transportasi Dagmawit Moges dalam konferensi pers di Addis Ababa, seperti dimuat
BBC.
Â
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, kepala eksekutif Ethiopian Airlines, Tewolde GebreMariam, mengatakan dia sangat bangga dengan kinerja profesional tingkat tinggi yang dilakukan pilot.
Â
"Sangat disayangkan mereka tidak bisa mendapatkan kembali pesawat itu dari kegigihannya menukik," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.
Â
Penerbangan ET302 diketahui jatuh setelah lepas landas dari Addis Ababa dan menewaskan seluruh penumpang di dalamnya.
Â
Itu adalah kecelakaan kedua yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max dalam lima bulan terakhir. Kecelakaan sebelumnya terjadi pada Oktober 2018 di mana penerbangan Lion Air JT 610 jatuh di Indonesia dan menyebabkan 189 orang meninggal dunia.
Â
Para peneliti telah memfokuskan perhatian mereka pada Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS), yakni perangkat lunak yang dirancang untuk membantu mencegah 737 Max dari kemacetan mesin.
Â
Perangkat lunak bereaksi ketika sensor di hidung pesawat menunjukkan bahwa jet sedang mendaki pada sudut yang terlalu curam, yang dapat menyebabkan pesawat berhenti.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.