Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di tempat itu selama tujuh pekan berturut-turut. Kali ini mereka menuntut pengunduran diri sekutu kunci mantan Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang mundur pada awal April lalu.
Salah satu koordinator demonstrasi di Paris, Amira Hodeidi mengatakan, pihaknya turun ke jalan sebagai dukungan untuk warga yang juga protes di Aljazair.
"Tapi sekarang berbeda. Kami ingin rezim itu pergi, sementara gerakan dan ideologinya mulai menyusun diri sendiri hari demi hari. Tuntutannya jelas. Misalnya kami menginginkan kesetaraan antara pria dan wanita, serta tuntutan sosial dasar," kata Hodeidi, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (8/4).
Wanita itu menambahkan, dirinya juga turut protes saat Bouteflika memenangkan pemilihan presiden keempat kalinya pada tahun 2014 silam. Sebagian besar temannya ditangkap, yang justru meyakinkannya bahwa ia tak punya masa depan di Aljazair.
Pengunduran diri Bouteflika cukup menimbulkan euforia baginya. Namun semua itu hanya sementara setelah menyadari bahwa lingkaran dalam rezim itu masih tetap menikmati kursinya.
"Tentara dan tentunya pemimpin mereka Gaid Salah, sedang mencoba mencuri kesempatan dari kami. Namun rakyat akan tetap bergerak karena mereka tidak bodoh. Kami tidak ingin pasukan militer menjadi pahlawan dalam revolusi ini."
"Satu-satunya pahlawan di sini adalah rakyat," tegasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: