Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

25 Tahun Genosida Rwanda, Sejarah Tidak Untuk Terulang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 08 April 2019, 14:31 WIB
25 Tahun Genosida Rwanda, Sejarah Tidak Untuk Terulang
Ilustrasi bendera Rwanda/Amelia Fitriani
rmol news logo Rwanda memperingati 25 tahun genosida yang merenggut hampir satu juta nyawa akhir pekan kemarin (Minggu, 7/4). Peringatan akan luka sejarah tersebut dilakukan dengan 100 hari berkabung.
 
Presiden Paul Kagame dan beberapa kepala negara lainnya memulai priode berkabung dengan meletakkan karangan bunga dan menyalakan api peringatan di Kigali Genocide Memorial.
 
Priode 100 hari berkabung bertepatan dengan durasi kampanye pembunuhan brutal pada tahun 1994.
 
"Ketakutan dan kemarahan telah digantikan oleh energi dan tujuan yang mendorong kita maju, baik kaum tua maupun muda," kata Kagame saat upacara peringatan di Kigali.
 
Dia menambahkan bahwa negaranya tidak akan pernah mengulangi kesalahan masa lalu yang menyebabkan genosida.
 
"Tidak ada yang memiliki kekuatan untuk mengubah Rwanda terhadap satu sama lain, selamanya. Sejarah ini tidak akan terulang. Itu adalah komitmen kuat kami," tambahnya seperti dimuat Al Jazeera. Menengok sejarah, pada tanggal 6 April 1994, sebuah pesawat yang membawa Presiden Rwanda saat itu, Juvenal Habyarimana ditembak jatuh ketika bersiap untuk mendarat di Kigali.
 
Semua orang di dalam pesawat, termasuk Cyprien Ntaryamira, presiden tetangga Burundi, terbunuh.
 
Kedua pemimpin tersebut saat itu baru kembali dari Tanzania di mana mereka telah menandatangani perjanjian damai dengan pemberontak dari kelompok minoritas etnis Tutsi.
 
Jatuhnya pesawat memicu pembantaian selama 100 hari. Lebih dari 800.000 orang, terutama orang Tutsi, dibunuh oleh pasukan Hutu yang bersekutu dengan pemerintah yang menuduh mereka membunuh Habyarimana. Presiden Habyarimana sendiri merupakan seorang Hutu.
 
Selain warga Tutsi, ribuan warga Hutu moderat juga dibunuh karena menolak ikut serta dalam genosida.
 
Kelompok Front Patriotik Rwanda (RPF) yang dipimpin orang Tutsi dan dipimpin oleh Kagame pada waktu itu, menuduh kelompok garis keras Hutu menembak jatuh pesawat untuk memberikan alasan melakukan pembantaian yang direncanakan sebelumnya.
 
Beberapa investigasi yang telah dilakukan tidak dapat menentukan siapa dalang di balik penembakan roket yang menjatuhkan pesawat itu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA