Beberapa demonstran dalam aksi di Kathmandu, Nepal, itu mengenakan topeng kepala kerbau, babi, dan ayam. Mereka mereka meneriakkan protes atas praktik yang berakar dalam pada tradisi Hindu di negara itu.
"Ini salah dan harus dihentikan," kata Sneha Shrestha dari Federasi Kesejahteraan Hewan Nepal mengatakan kepada
AFP.
"Kita semua sama di mata Tuhan. Tuhan tidak akan meminta pengorbanan anak-anaknya sendiri," sambungnya.
Mereka menyerukan penghentian pengorbanan di kegiatan Gadhimai, yakni sebuah festival yang diyakini sebagai penyembelihan ritual terbesar di dunia.
Setiap lima tahun sekali, desa kecil Bariyapur di dekat perbatasan Nepal dengan India dipadati ribuan umat Hindu yang berduyun-duyun datang ke kuil untuk menghormati Gadhimai atau dewi kekuasaan Hindu.
Kepala kuil memulai festival dengan pengorbanan ritual dua tikus liar, dua merpati, seekor ayam jantan, seekor domba dan seekor babi sebelum mengorbankan puluhan ribu hewan lainnya.
Pegiat hak-hak binatang menghadapi perjuangan yang berat di Nepal. Pasalnya mana umat Hindu merupakan 80 persen dari populasi. Selain itu, pengorbanan hewan semacam itu itu merupakan ritual merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan merupakan pusat dari festival-festival besar.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: