"Saya ingin bicara sebagai satu keluarga, berterus terang, untuk kebaikan kita semua,†kata Presiden memulai pandangannya dalam pertemuan retreat, melalui keterangan tertulis yang diterima, Minggu (23/6).
Presiden Jokowi mengingatkan Pemimpin ASEAN telah memberikan mandat ke
The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) untuk melakukan Needs Assessment guna membantu Myanmar mempersiapkan repatriasi yang sukarela, aman, dan bermartabat.
Mandat tersebut sudah dijalankan melalui pelaksanaan
Preliminary Needs Assessment (PNA) tim ke Rakhine State, di mana PNA sudah menyampaikan laporan dari pelaksanaan mandatnya.
Dengan adanya laporan PNA tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan pandangannya, yaitu pertama, rekomendasi laporan PNA harus ditindaklanjuti.
"Saya berharap bahwa
High Level Committee dapat segera membuat
Plan of Action dengan time frame yang jelas,†lanjutnya Jokowi.
"Tindak lanjut rekomendasi akan membantu terciptanya kemajuan dalam persiapan repatriasi," tuturnya.
Kedua, isu keamanan menjadi kunci bagi pelaksanaan repatriasi.
"Kita semua prihatin terhadap situasi keamanan di Rakhine State yang belum membaik,†ujarnya.
Indonesia berharap, pemerintah dan otoritas Myanmar dapat terus secara maksimal mengupayakan pemulihan keamanan. Tanpa jaminan keamanan, tidak akan mungkin terjadi repatriasi.
Presiden Jokowi juga menyarankan ASEAN dapat membantu membangun komunikasi dengan Bangladesh dan pengungsi di Cox's Bazar.
“Tentunya dengan tetap menghormati proses komunikasi bilateral Myanmar-Bangladesh,†kata Presiden Jokowi.
Lebih lanjut Presiden menyampaikan bahwa komunikasi yang baik antara Myanmar, Bangladesh, dan para pengungsi menjadi bagian penting bagi kesuksesan persiapan repatriasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: