Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gatot Pernah Tinggal Puluhan Tahun Di Korea Utara, Ini Katanya Tentang Pertemuan Dadakan Kim Jong Un Dan Donald Trump Di DMZ

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Minggu, 30 Juni 2019, 16:19 WIB
Gatot Pernah Tinggal Puluhan Tahun Di Korea Utara, Ini Katanya Tentang Pertemuan Dadakan Kim Jong Un Dan Donald Trump Di DMZ
Donald Trump dan Kim Jong Un di DMZ/Net
RMOL Beberapa tahun lalu sulit membayangkan pertemuan antara Pemimpin Tertinggi Republik Rakyat Korea atau Korea Utara dengan Presiden Amerika Serikat.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Tetapi hal itu sudah terjadi. Tiga kali, yakni di Singapura bulan Juni 2018, di Vietnam bulan Februari 2019 dan yang barusan terjadi di Demilitarized Zone (DMZ), Minggu (30/6).

Hal lain yang juga sulit dibayangkan di masa lalu adalah kunjungan Presiden AS ke Korea Utara.

"Beberapa tahun yang lalu kalau ada orang meramalkan hal itu mungkin akan dikatakan dia orang tidak waras," ujar Gatot Wilotikto.

Gatot pernah tinggal sekitar 40 tahun lamanya di Korea Utara. Ia adalah salah seorang mahasiswa yang pernah dikirim Bung Karno untuk belajar ke negeri Kim Il Sung. Peristiwa 1965 membuat Gatot tak bisa kembali ke tanah air. Ia baru bisa kembali ke Indonesia di era pemerintahan Abdurrahman Wahid atas bantuan Rachmawati Soekarnoputri.

Sebagai seseorang yang pernah sangat lama tinggal di Korea Utara, bahkan menikah dengan wanita setempat, tentu Gatot dapat merasakan suasana kebatinan bangsa Korea di tengah konflik panjang dengan Amerika Serikat.

"Sejarah mencatat bahwa pada tanggal 30 Juni 2019 sekitar pukul 16.00 waktu setempat Presiden AS Donald Trump telah berkunjung ke Panmunjom di depan gedung Pangmungak milik RDR Korea untuk bertemu Ketua Kim Jong Un," tulis Gatot di laman Facebook miliknya.

Menurutnya, sejarah akan mencatat kedua pemimpin karena dengan berani membuka lembaran baru dan mengubah hubungan konfrontatif kedua negara menjadi hubungan kerjasama yang produktif dan damai.

Hal ini tentunya akan memberikan sumbangan dalam menciptakan suasana damai di Semenanjung Korea khususnya dan perdamaian dunia pada umumnya.

Masih dikatakan Gatot, komunitas internasional perlu memberikan penghargaan kepada ketiga pemimpin, Presiden Trump, Ketua Kim Jong Un, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In, yang telah berani mendorong penyatuan kembali Korea dan proses denuklirisasi Semenanjung Korea.

"Kita merasa lega bahwa situasi yang sedikit membeku sejak KTT Hanoi berakhir tanpa kesepakatan dengan cepat dapat mencair kembali dengan semangat baru," demikian Gatot.

Setelah bertemu Kim Jong Un di wilayah Korea Utara, Trump dan Kim melanjutkan pembicaraan di Gedung Kebebasan milik Korea Selatan. Pembicaraan mereka berlangsung sekitar 30 menit.

"Berbahagialah bangsa Korea dengan peristiwa bersejarah ini. Kita semua hanya bisa berharap agar situasi yang baik ini bisa dipertahankan seterusnya di kemudian hari," demikian Gatot. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA