Begitu peringatan yang dikeluarkan oleh mantan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon pada Rabu (10/7).
Diketahui bahwa lebih dari 730.000 warga Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke negara tetangga Bangladesh setelah tindakan keras tentara terjadi pada tahun 2017.
"Tidak mungkin bagi Bangladesh untuk menjadi tuan rumah sejumlah besar Rohingya untuk waktu yang lama," kata Moon, seperti dimuat
Al Jazeera.
Moon juga mengkritik Myanmar atas keengganannya mengizinkan anggota komunitas yang dianiaya kembali ke negara asal mereka.
Moon mengatakan, solusi permanen dari krisis Rohingya adalah repatriasi yang aman dan bermartabat bagi para pengungsi.
"Pemerintah Myanmar harus berbuat lebih banyak agar Rohingya dapat kembali ke tanah air mereka tanpa takut akan penganiayaan," kata Moon.
Untuk diketahui, menurut sebuah laporan oleh Ontario International Development Agency, sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya dibunuh oleh pasukan Myanmar.
Dalam laporan berjudul "Migrasi Paksa Rohingya: Pengalaman yang Tak Terungkap" itu juga disebutkan bahwa lebih dari 34 ribu warga Rohingya juga dilemparkan ke dalam api, sementara lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli.
Bukan hanya itu, sekitar 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar dan lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar serta 113 ribu lainnya dirusak.
Pemerintah Myanmar sendiri membantah tuduhan penganiayaan terhadap Rohingya dan mengatakan kampanye militernya di seluruh Negara Bagian Rakhine utara adalah tanggapan terhadap serangan yang dilakukan oleh pemberontak Rohingya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: