Dalam data resmi itu ditemukan bahwa sejak April hingga Juni tahun 2019 ini, ekonomi China tumbuh 6,2 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini merupakan laju paling lambat sejak awal tahun 1990an.
Dalam sebuah keterangan, Biro Statistik China menjelaskan bahwa angka-angka itu menunjuk ke lingkungan yang kompleks, baik di dalam maupun luar negeri.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang potensi efek yang terjadi pada ekonomi global.
Awal tahun ini, Beijing mengumumkan rencana untuk meningkatkan pengeluaran dan memotong miliaran dolar dalam bentuk pajak dalam upaya mendukung ekonomi.
Bukan hanya itu, China juga bergerak untuk memberikan dorongan likuiditas dengan mengurangi jumlah uang tunai yang harus disimpan bank.
Analis pasar senior di Oanda, Edward Moya mengatakan, data ekonomi terbaru itu menunjukkan perlambatan tetap utuh dan pasar harus mempersiapkan stimulus lebih lanjut dari bank sentral China akhir tahun ini.
Selain itu, sambungnya, perang dagang yang terjadi dengan Amerika Serikat juga menjadi faktor lain yang membebani pertumbuhan ekonomi China.
"Perang perdagangan memiliki dampak besar pada ekonomi China, dan tanpa akhir ketika negosiasi perdagangan berjuang untuk kemajuan yang berarti, kita mungkin tidak mendekati dasar ekonomi China," katanya seperti dimuat
BBC.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: