Mantan walikota London yang juga terkenal dengan pandangan garis keras Brexit itu berhasil mengantongi 92.153 suara anggota partai yang berkuasa, sementara saingannya, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt, hanya mengantongi 46.656 suara, dalam pemungutan suara hari ini (Selasa, 23/7).
Dengan demikian, Johnson akan menjadi perdana menteri Inggris selanjutnya pada hari Rabu (24/7), tepatnya setelah Theresa May mundur secara resmi.
Pasca kemenangannya, pria 55 tahun itu menekankan janjinya untuk membebaskan Brexit, mempersatukan negara dan mengalahkan pemimpin oposisi Buruh, Jeremy Corby.
"Kita akan menyelesaikan Brexit," kata Johnson kepada anggota partai di pusat konferensi Queen Elizabeth ll di London (Selasa, 23/7).
Johnson juga sebelumnya kerap berjanji untuk menegosiasikan kesepakatan perceraian Brexit baru dengan Uni Eropa sebelum batas waktu 31 Oktober yang dijadwalkan. Meski begitu, Brussels bersikeras untuk tidak akan membuka kembali negosiasi.
Johnson mengatakan, dia akan meningkatkan persiapan untuk kesepakatan untuk mencoba memaksa negosiator Uni Eropa untuk membuat perubahan pada perjanjian itu.
"Kami tentu saja akan mendorong rencana kami untuk bertindak, dan bersiap-siap untuk keluar pada 31 Oktober, apa pun yang terjadi, lakukan atau mati, apa pun yang terjadi," kata Johnson bulan lalu, seperti dimuat
Al Jazeera.
Pasca kemenangan Johnson sebagai perdana menteri Inggris selanjutnya, para pemimpin Uni Eropa mengatakan mereka ingin bekerja sama dengan Johnson untuk meratifikasi perjanjian penarikan Brexit yang ditandatangani oleh pendahulunya.
"Kami berharap dapat bekerja secara konstruktif dengan PM Boris Johnson ketika ia menjabat, untuk memfasilitasi ratifikasi Perjanjian Penarikan dan mencapai Brexit yang tertib," kata perunding Uni Eropa Michel Barnier di Twitter setelah kemenangan Johnson dikonfirmasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: