Untuk memenuhi janjinya itu, Johnson langsung mengeluarkan gebrakan-gebrakan baru. Seperti membuat kabinet pro-Brexit hingga strategi 'No-Deal' yang ia perkenalkan baru-baru ini. Strategi 'No-Deal' alias program tanpa kesepakatan ini merupakan cara Johnson apabila Uni Eropa tidak mengindahkan permintaan Inggris untuk keluar.
Kendati demikian, tampaknya bukan Uni Eropa saja yang akan menjadi sandungan sang Perdana Menteri. Sebab, negara-negara Inggris Raya lain mayoritas menolak Brexit. Seperti Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara yang masih harus ditaklukkan oleh Johnson.
Skotlandia bahkan tak hanya menolak Brexit. Mereka justru akan mengeluarkan kembali referendum untuk keluar dari Inggris Raya. Selain itu, Johnson juga harus mempersiapkan diri ketika mendapatkan penolakan dari Irlandia Utara dan Wales.
Seperti yang diberitakan oleh
Politico pada Rabu (31/7), Johnson direncanakan akan bertemu dengan lima petinggi dari berbagai partai pada hari ini. Diketahui para petinggi partai di Irlandia Utara sudah sangat ingin menyatakan penolakannya langsung ketika Johnson tiba.
Sebelumnya, Selasa (30/7), Johnson telah bertemu dengan Perdana Menteri Irlandia Utara, Leo Varadkar, yang juga menolak adanya negosiasi lebih lanjut.
Untuk menarik perhatian warga Inggris Raya, Johnson bahkan mengeluarkan tawaran investasi senilai 300 juta poundsterling untuk Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Namun tampaknya hal tersebut tidak dapat mengubah pilihan ketiga negara kecil ini untuk terus bersama Uni Eropa. Bukan mengikuti langkah Inggris untuk Brexit.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: