Tak hanya itu, Korut juga telah memperingatkan, jika Korsel dan AS tetap melakukan latihan militer gabungan, maka kesepakatan nuklir yang telah terjalin akan dibatalkan.
Seperti dilansir KBS, latihan militer gabungan yang dilakukan setiap tahun oleh Korsel dan AS ini akan sangat menghambat perjanjian nuklir yang sebelumnya telah dibicarakan oleh Korut dan AS pada Juni 2018 di Singapura.
Dalam pertemuan tersebut, Trump telah mengumumkan bahwa latihan gabungan dengan Korsel akan dihentikan menyusul pernyataan Pemimpin Korut, Kim Jong un, yang merasa latihan militer gabungan tersebut merupakan sebuah provokasi.
Kemudian, pada Februari 2019, Korut semakin yakin dengan itikad AS yang pada pertemuan ini membatalkan semua sanksi yang diberikan kepada mereka. Meski demikian, baik AS dan Korut belum melakukan pembicaraan teknis lebih lanjut.
Nah, hubungan yang sudah membaik tersebut tampaknya akan berantakan. Setidaknya, dengan adanya latihan militer gabungan AS dan Korsel, proses pembicaraan antara AS dengan Korut akan terhambat.
Latihan militer gabungan antara AS dan Korsel tahun ini dirancang untuk melatih personel militer kedua negara untuk mengatasi situasi darurat di Semenanjung Korea. Latihan ini sendiri akan memobilisasi Kepala Staf Gabungan (JCS) Angkatan Darat, Laut, dan Udara Korea Selatan. Termasuk Komando Staf Gabungan Korea Selatan dan AS, Komando Pasukan AS di Korea Selatan, dan Komando Indo-Pasifik AS.
Namun, belum diketahui berapa jumlah personel maupun apa saja alutsista yang dilibatkan dalam latihan militer gabungan ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: