Diketahui selama dua minggu terakhir, Korut telah empat kali menembakan rudalnya ke Laut Timur sehubungan dengan diadakannya latihan militer gabungan yang dilakukan oleh AS dan Korsel.
Korut merasa latihan militer gabungan tahunan yang dilakukan oleh AS dan Korsel sangat provokatif sehingga jika AS tetap melakukan latihan tersebut, menandakan AS telah melanggar kesepakatan diplomatik terkait denuklirisasi.
Sementara itu, menurut Esper, latihan militer gabungan dengan Korsel tahun ini atau yang dikenal dengan Dong Maeng lebih besar merupakan simulasi berbasis komputer. Pihak Amerika Kata Esper merasa merasa hal tersebut tidak melanggar kesepakatan dengan Korut.
"Kami tidak akan berlebihan menanggapi hal ini, tapi kami tetap akan memonitor mereka (Korut) dan melihat apa yang terjadi," ujar Esper seperti yang dikutip oleh Reuters. Esper juga menambahkan bahwa pihaknya akan berunding dengan Korea Selatan dan Jepang mengenai hal ini.
Pejabat senior pertahanan AS (anonim), mengatakan bahwa tembakan rudal Korut merupakan tes untuk 'menekan' AS sehingga Korut dapat memberikan lebih banyak konsesi dalam kesepakatan tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.