Menurut lansiran Bloomberg, indeks saham di Bursa Shanghai naik 1 persen. Sementara di Bursa Hang Seng (Bursa Saham Hong Kong) bahkan naik 1,7 persen, meski unjuk rasa di Hong Kong masih terjadi.
Namun, hal tersebut tak diikuti oleh penguatan mata uang. Sebab, Yuan melemah 0,2 persen terhadap dolar AS. Setelah sebelumnya sempat mengalami lompatan yang menjadikan Yuan lebih kuat, yaitu 7 per dolar AS.
Kenaikan indeks saham ini dipicu oleh ditundanya tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump. Pasalnya, ketika Trump mengancam penerapan tarif baru produk impor pada awal bulan lalu, saham China langsung mengalami penurunan hingga 1,5% persen dan Yuan jatuh kurang dari 7 per dolar AS setelahnya.
Toh kenaikan ini masih belum bisa disebut stabil. Karena AS tetap menerapkan tarif baru untuk sejumlah produk impor asal China.
Sejumlah produk asal China memanga tetap akan dikenakan tarif impor 10 persen per 1 September mendatang. Sehingga menurut analis Tiangfeng Securities, Liang Jinxin, hal ini akan memacu lambungan jangka pendek. Mengingat masih ada berbagai macam resiko, termasuk unjuk rasa di Hong Kong yang belum mendapat titik terang.
"Semua orang tahu bahwa gesekan perdagangan tidak akan hilang dalam semalam," ujar Liang.
Para investor pun harus berhati-hati menginggat penyelesaian sengketa dagang masih belum pasti. Negosiasi jangka panjang yang dilakukan oleh China dan AS juga dapat mengancam kegagalan pertumbuhan ekonomi global bahkan memicu perang mata uang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.