Dilaporkan oleh
Al Jazeera, para pengungsi berkumpul, berdoa, dan berunjuk rasa agar Myanmar memberi mereka kewarganegaraan dan hak-hak lainnya. Unjuk rasa ini terjadi setelah beberapa hari belakangan upaya yang dilakukan Myanmar dan Bangladesh gagal memulangkan sebagian Rohingya.
"Tuhan Maha Besar, panjang umur Rohingya," teriak anak-anak, wanita, dan pria ketika berbaris di jantung kamp pengungsi terbesar di dunia tersebut.
Beberapa orang membawa plakat dan spandu bertuliskan 'Jangan pernah lagi! Hari peringatan genosida Rohingya' dan 'Kembalikan kewarganegaraan kami'.
"Kami ingin memberi tahu dunia bahwa kami menginginkan hak kami kembali. Kewarganegaraan, rumah, dan tanah kami kembali," ujar salah satu penyelenggara aksi, Muhib Ullah.
Dua tahun lalu, tepatnya 25 Agustus 2017, hampir 740 ribu muslim Rohingya melakukan eksodus atau melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh setelah sebelumnya 200 ribu orang mengungsi di sana. Aksi tersebut dilakukan karena angkatan bersenjata Myanmar diduga melakukan genosida.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: