Massa yang berkumpul mengawali kerusuhan dengan melempar batu, bom molotov, dan batang logam. Polisi merespon dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru kantong kacang. Seketika, massa menunduk di belakang berikade dan berlindung dengan payung.
Pengunjuk rasa ini merupakan kelompok garis keras. Mereka umumnya dilengkapi dengan masker gas, kacamata pelindung, dan helm. Mereka terkenal pantang menyerah menghadapi berbagai persenjataan polisi.
Dalam meredam aksi ini, polisi unjuk kekuatan baru dengan menggunakan tembakan air atau
water cannon.
Kerusuhan tersebut berlangsung hingga larut malam dan menjalar ke daerah-daerah sekeliling Tsuen Wan. Sebanyak 15 polisi dan 12 demonstran terluka dalam aksi ini.
Polisi menangkap sebanyak 36 demonstran, termasuk seorang belia yang berusia 12 tahun.
“Meningkatnya aksi ilegal dan kekerasan dari para demonstran radikal tidak hanya keterlaluan, mereka juga mendorong Hong Kong menuju situasi yang sangat berbahaya,†ujar jurubicara pemerintah Hong Kong, yang kepada
The Globe And Mail tidak disebutkan namanya, Senin (26/8).
Jurubicara itu juga mempermasalahkan aksi demonstran yang menginjak bendera Tiongkok. Baginya, tindakan itu seperti menantang otoritas nasional karena melanggar UU.
Sementara itu, Taylor Wong, seorang siswa dengan pelatihan pertolongan pertama yang berada pada lokasi kejadian mengatakan bahwa polisi telah memperlakukan para demonstran seperti binatang. Mereka memukul demonstran dan mengerahkan meriam air.
“Penggunaan teknologi itu mengakibatkan cedera serius bahkan kematian, serta menumbulkan ketakutan bagi pengunjuk rasa,†tegasnya.
Laporan: Ahda Sabila
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: