Seperti dilansir oleh
Channel News Asia, untuk pertama kalinya sejak unjuk rasa antipemerintah meningkat pada Minggu (25/8), Lam berbicara di depan umum. Pemimpin Hong Kong pro-Beijing ini menyatakan keyakinannya bahwa pemerintah kota dapat menangani kerusuhan dan ia tidak akan menyerah untuk membangun dialog.
Meski demikian, Lam mengatakan tidak tepat waktunya untuk melakukan penyelidikan independen seperti tuntutan para pengunjuk rasa saat ini.
Sebelumnya, pada Senin (26/8) pemerintah menyatakan kekerasan ilegal telah mendorong Hong Kong ke ambang bahaya besar.
Sebab, dalam bentrokan akhir pekan lalu, polisi harus menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan unjuk rasa. Tindakan yang dibalas pengunjuk rasa dengan melemparkan batu bata dan bom molotov. Dalam bentrokan tersebut, 86 orang diamankan kepolisian. Termasuk anak 12 tahun.
Unjuk rasa di Hong Kong dimulai pada pertengahan Juni lalu, dipicu oleh RUU Ekstradisi yang saat ini telah ditangguhkan. Tetapi ternyata unjuk rasa terus berlangsung hingga sekarang.
Bahkan memasuki pekan ke-12, tuntutan yang diajukan jadi lebih luas. Yaitu demokrasi yang lebih besar di bawah formula satu negara dua sistem. Pasalnya banyak penduduk Hong Kong percaya bahwa China telah mengikis otonomi pusat bisnis di Asia ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: