Setidaknya begitu hasil penyelidikan kantor berita
Reuters yang diungkapkan awal pekan ini.
Laporan yang diterbitkan pada hari Senin (26/7) itu menyebutkan bahwa CIA tidak mengumpulkan "kecerdasan manusia", atau informasi yang paling berharga dan sulit diperoleh, dari informan UEA mengenai pemerintahan otokratisnya.
Dimuat
Al Jazeera (Selasa, 27/8), mata-mata CIA kerap mengumpulkan intelijen manusia di hampir setiap negara lain di mana Amerika Serikat memiliki kepentingan yang signifikan.
Pernyataan itu diperoleh dari tiga mantan pejabat CIA yang akrab dengan masalah tersebut.
Salah seorang di antara mereka mengatakan, CIA gagal untuk beradaptasi dengan ambisi militer dan politik UEA yang terus berkembang merupakan dan hal itu merupakan kelalaian tugas yang dilakukan.
Meski begitu, komunitas intelijen Amerika Serikat tidak sepenuhnya mengabaikan UEA. Pasalnya, menurut dua sumber yang dekat dengan masalah itu, kepada
Reuters, Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat melakukan pengawasan elektronik dari UEA. Pengawasan yang dilakukan berupa pengumpulan intelijen yang berisiko lebih rendah.
CIA sendiri bekerja dengan intelijen UEA dalam hal menghadapi musuh bersama, seperti Iran atau al-Qaeda.
Meski begitu, CIA, NSA dan Gedung Putih menolak untuk mengomentari praktik spionase Amerika Serikat di UEA.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: