Seperti dilansir oleh
Reuters, Rabu (11/9), seminggu setelah dihantam Dorian, otoritas Bahama mengatakan masih ada sekitar 2.500 orang yang hilang.
Angka tersebut juga dimungkinkan termasuk dengan warga yang melarikan diri ke tempat penampungan.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Perdana Menteri Bahama, Hubert Minnis mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas akibat Dorian masih di angka 50 orang, namun potensi peningkatan angka ini masih besar mengingat jumlah orang hilang sangat besar.
"Teman-teman saya hilang, beberapa sepupu saya hilang. Total ada 5 orang yang tinggal di Marsh Harbour," ujar seorang pemandu wisata, Clara Bain yang jadi salah satu korban.
Di Abaco, para pejabat memperkirakan ada 90 persen rumah dan bangunan rusak dan menjadi wilayah paling rusak terkena dampak Dorian di Rantai Karibia.
Pada 1 September lalu, Badai Dorian dengan kategori 5 menghantam Bahama. Badai itu membawa angin berkecepatan 298 km/jam dan jadi salah satu badai terkuat yang pernah tercatat di Atlantik.
Akibat Dorian, sekitar 15.000 orang masih membutuhkan tempat tinggal dan makanan. Sedangkan tenda di Abaco hanya bisa menampung 4.000 orang sehingga banyak orang yang melarikan diri.
Menanggapi hal ini, Gedung Putih pada Rabu (11/9) mengatakan AS tidak akan memberikan status imigrasi pada orang-orang yang melarikan diri dari Bahama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
Terjangan Badai Dorian masih menyisakan luka bagi warga Bahama. Tidak hanya kerena tempat tinggal mereka yang disapu bersih, tapi masih ada sebanyak 2.500 orang masih belum ditemukan pasca bencana. 
