Dilansir
Al Jazeera, Selasa (17/9), Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam menatakan, pemerintah akan menyerukan agar kekerasan yang terjadi sejak Juni lalu segera diakhiri.
Dialog nantinya akan digelar terbuka. Masyarakat pun bebas untuk mendaftar dialog yang digelar pekan depan tersebut.
Pada 4 September lalu, Lam telah melakukan penarikan RUU Ekstradisi yang memicu aksi protes. Sayangnya, pengunjuk rasa tetap melakukan aksi lebih besar dari aksi sebelumnya.
"Masalahnya melampaui RUU itu," ujar Lam kepada wartawan.
Para pengunjuk rasa geram karena respons pemerintah terlalu lamban dan tidak signifikan. Saat ini, tuntutan pengunjuk rasa tidak hanya persoalan demokrasi semata, namun kurangnya lapangan kerja dan pasokan rumah yang tidak memadai.
Memasuki pekan ke-15, unjuk rasa Hong Kong diwarnai pemblokiran jalan oleh pengunjuk rasa dan penembakan gas air mata hingga peluru karet oleh petugas polisi. Alhasil, beberapa pengunjuk rasa dan petugas polisi terlibat aksi kejar-kejaran yang menimbulkan kekacauan di pusat distrik perbelanjaan dan pariwisata, Causway Bay.
Sejak kerusuhan sipil dimulai, polisi mengungkapkan telah menangkap lebih dari 1.400 orang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: