Begitu yang diungkapkan oleh Kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mahdi al-Mashat, Jumat malam (20/9).
"Kami menyatakan berhenti menargetkan wilayah Arab Saudi dengan drone militer, rudal baistik, dan semua bentuk senjata lainnya, dan kami menunggu langkah balasan dari mereka," ujar Mashat pada TV Al Masirah yang kelola Houthi seperti yang dimuat oleh Al Jazeera.
Lebih lanjut, Mashat juga mengatakan Houthi berhak untuk merespons jika Arab Saudi tidak membalas secara positif inisiatif dari kelompok anti pemerintah tersebut, seraya menambahkan bahwa kelanjutan perang Yaman tidak akan menguntungkan pihak manapun.
Dia meminta agar semua pihak dari berbagai sisi dapat mengarah pada rekonsiliasi yang komprehensif. Tujuan utama gencatan senjata ini untuk "melestarikan darah Yaman dan mencapai amnesti umum".
Selain itu, Mashat juga menyerukan pembukaan kembali Bandara Internasional Sanaa dan membuka akses ke Pelabuhan Hodeidah di Laut Merah untuk akses masuk impor dan bantuan kemanusiaan.
Hingga kini, koalisi militer yang dipimpin Saudi belum menanggapi permintaan gencatan senjata Houthi tersebut.
Diketahui pengumuman ini berselang seminggu dari serangan fasilias minyak Aramco Saudi yang diklaim oleh Houthi. Alhasil, separuh produksi minyak Arab Saudi berkurang dan harga minyak dunia naik.
Meski Houthi bersikeras bertanggung jawab atas serangan di situs Aramco, namun Amerika Serikat dan Arab Saudi tetap menyalahkan Iran. Menanggapi hal ini, Iran memperingatkan setiap serangan balasan terhadapnnya oleh AS maupun Arab Saudi akan mengakibatkan "perang habis-habisan".
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: