Pengaduan itu dia sampaikan di tengah KTT Aksi Iklim PBB yang digelar di markas abesar PBB di New York pada Senin (23/9).
Dalam kesempatan itu, gadis 15 tahun itu beserta rekan-rekan aktivis iklim muda lainnya menyebut bahwa lima negara yakni Jerman, Perancis, Brasil, Argentina, dan Turki telah gagal menegakkan kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Hak Anak.
"Anda (lima negara ekonomi dunia) telah mencuri mimpi saya dan masa kecil saya dengan kata-kata yang kosong, namun, saya salah satu yang beruntung," kata Thunberg.
"Orang-orang menderita, orang-orang sekarat," sambungnya seperti dimuat
CNN.
Sementara itu, pada sebuah konferensi pers, Thunberg dan anak-anak lain yang bergabung dengan pengaduan itu menyatakan frustrasi dengan kurangnya urgensi yang telah ditunjukkan para pemimpin dunia dalam memerangi perubahan iklim.
"Pesan yang ingin kami kirim adalah bahwa kami sudah cukup," kata Thunberg.
Sementara itu, aktivis iklim anak lainnya, yakni Carl Smith yang juga merupakan orang suku asli Yupiaq yang tinggal di Akiak, Alaska, menjelaskan bagaimana pemanasan telah membahayakan perburuan dan penangkapan subsisten yang bergantung pada komunitasnya.
Dia menyalahkan kelambanan para pemimpin dunia karena ketamakan.
"Saya pikir mereka bertindak lambat karena mereka tidak ingin kehilangan uang," kata Smith.
"Dan saya pikir mereka harus melihat apa yang (perubahan iklim) lakukan terhadap desa dan kota kecil," tegasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: