Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Taliban Tebar Ancaman Di Pemilu Aghanistan, Partisipasi Pemilih Rendah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 29 September 2019, 07:38 WIB
Taliban Tebar Ancaman Di Pemilu Aghanistan, Partisipasi Pemilih Rendah
Pemilu di Afghanistan/Net
rmol news logo Pemilihan presiden Afghanistan ditutup di tengah tuduhan kecurangan dan serangkaian pelanggaran serta kekerasan akhir pekan ini.

Calon presiden petahana, Ashraf Ghani, mengatakan bahwa pemungutan suara tersebut sangat penting untuk menunjuk pemimpin negara dengan mandat demokrasi serta memimpin negosiasi antara faksi-faksi politik saingan di Afghanistan.

Namun, Taliban mengecam pemilu tersebut dan menilainya sebagai pemilihan yang tidak sah. Kelompok tersebut bahkan memperingatkan warga sipil bahwa tempat pemungutan suara akan menjadi sasaran penyerangan. Peringatan itu dikeluarkan agar partisipasi pemilih rendah.

Menanggapi hal tersebut, otoritas Afghanistan mengerahkan lebih dari 70 ribu polisi, pasukan dan pejabat intelijen untuk mengamankan tempat pemungutan suara dan mengunci kota-kota besar.

Dalam pemilu tersebut, Lebih dari sembilan juta warga Afghanistan terdaftar sebagai pemilih. Namun partisipasi pemilih kurang dari setengahnya.

Banyak warga yang khawatir akan serangan Taliban jika mereka datang ke tempat pemungutan suara. Bukan hanya itu, banyak juga warga yang melihat bahwa tidak melihat gunanya mengambil bagian dalam pemilu, mengingat pemilu tahun 2014 lalu juga dirusak oleh kecurangan dan kekerasan.

Pemilu kali ini menampilkan Ghani yang kembali bersaing dengan penantang utamanya, Abdullah Abdullah. Ini adalah kali kedua mereka bersaing memperebutkan kursi nomor satu Afghanistan.

Namun, ekonomi yang hancur, korupsi yang merajalela dan keamanan yang memburuk di Afghanistan membuat sebagian warga tidak memberikan dukungan pada dua kandidat tersebut.

"Saya memilih terakhir kali, tetapi hasilnya hanya membuat negara ini lebih buruk," kata  seorang tukang listrik berusia 36 tahun, Farhad Azimi, seperti dimuat The Guardian.

"Itulah sebabnya saya memutuskan untuk tidak memilih tahun ini. Saya memperkirakan lebih banyak masalah setelah pemilihan, mungkin akan ada pertempuran, hal buruk apa pun mungkin terjadi," sambungnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA