Hal itu disampaikan dalam sebuah pengumuman resmi di Twitter akhir pekan kemarin (Minggu, 6/10) setelah pertemuan antara Raja Salman dan kepala dewan transisi sementara Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok di Riyadh.
Diketahui bahwa Sudan dimasukkan ke dalam negara sponsor terorisme pada tahun 1993 karena tuduhan bahwa pemerintah mantan Presiden Omar al-Bashir mendukung kelompok-kelompok yang dianggap oleh Amerika Serikat sebagai teroris.
Dimasukkannya Sudan dalam daftar teror membuat negara itu tidak memenuhi syarat untuk bantuan utang yang sangat dibutuhkan dan pembiayaan dari pemberi pinjaman seperti Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Karena itulah penting bagi Sudan agar negara itu dihapus dari daftar negara sponsor teror karena berpotensi membuka pintu bagi investasi asing.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Arab Saudi juga bekerja untuk memulai investasi di Sudan dan meningkatkan proyek yang ada.
Seperti dikabarkan
Al Jazeera, pernyataan yang sama juga menyebut bahwa Sudan telah bekerja mendukung Arab Saudi di forum internasional, menyediakan lingkungan untuk investasi dan memperluas sektor pertaniannya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: