"Saya masih merasa bahwa kita harus menemukan solusinya sendiri. Posisi pemerintah pusat (China) pun sama, Hong Kong harus mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi jika situasinya menjadi sangat buruk, maka tidak ada pilihan lain," ujar Lam dalam konferensi pers seperti dimuat
Associated Press. Lebih lanjut, Lam juga mendesak para kritikus asing untuk menerima bahwa unjuk rasa Hong Kong tidak lagi merupakan gerakan damai, melainkan sebuah kekerasan. Selain itu, Lam mengaku tengah mencari cara yang sah dan sesuai konstitusi agar China dapat mengintervensi persoalan di wilayah ini.
Diketahui, sejak dimulai pada Juni silam, unjuk rasa Hong Kong tak kunjung padam. Alhasil, sektor pariwisata hingga bisnis di Hong Kong menjadi korban. Persoalan ini makin rumit seiring perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang tambah sengit dalam setahun terakhir.
Bahkan Presiden AS Donald Trump pada Senin kemarin (7/10) mendesak agar Presiden China Xi Jinping untuk membuat "solusi yang manusiawi" di Hong Kong. Trump memperingatkan, jika situasi Hong Kong semakin buruk, maka risikonya adalah kesepakatan dagang kedua dengan China bakal dievaluasi.
Diketahui, sejak Lam memberlakukan undang-undang darurat yang melarang penggunaan masker wajah untuk menutupi identitas para demonstran, unjuk rasa semakin tidak terkendali.
Pada Sabtu (5/10) dan Minggu (6/10), unjuk rasa berakhir dengan bentrokan tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga merusak fasilitas umum. Akhirnya, layanan sistem metro tidak beroperasi dan banyak toko yang tutup.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: