Dimuat
Reuters, jam malam akan berlaku dari pukul 8 malam hingga 5 pagi selama Keadaan Darurat Nasional masih diberlakukan. Keputusan ini diambil setelah ribuan demonstran membanjiri ibukota Quito dan menerobos masuk Majelis Nasional, Selasa sore (8/10).
Sementara itu, di beberapa titik lain di ibukota, pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan aparat keamanan. Mengenakan topeng dan memegang tongkat, para pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah keamanan. Tindakan ini direspons pasukan keamanan dengan menembakkan gas air mata. Menurut pihak berwenang, bentrokan tersebut membuat 19 warga sipil dan 43 polisi terluka.
Sejak unjuk rasa pada Kamis (3/10), sekitar 680 orang ditangkap. Termasuk seorang legislator yang dahulu mendukung Moreno, Rafael Correa. Moreno menuduh Correa telah bekerja sama dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk mengkudeta dirinya.
Hal ini didukung oleh pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, yang juga menuduh Maduro membiayai protes di Ekuador.
Di sisi lain, pemerintah Ekuador mengaku tengah mencari mediasi dari PBB atau Gereja Katolik Roma. Demi terciptanya perdamaian di negara mereka.
"Kami mendorong dialog sebagai cara yang diperlukan untuk menemukan tujuan bersama, yang mengutamakan kepentingan nasional dan perdamaian sosial," kata Moreno.
Diketahui, protes yang sudah berlangsung sepekan ini dipicu oleh pemotongan subsidi BBM sebagai bagian dari paket reformasi ekonomi. Setelah pemerintahan Moreno berutang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 4,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 59,5 triliun (kurs: Rp 14.175/dolar AS).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: