Al Jazeera melaporkan, dari Minggu (6/10) hingga Senin (7/10) lalu, angin bergerak sistemik dari 100 km/jam menjadi 250 km/jam dengan pusatnya mendekati Pulau Mariana utara.
Selain Hagibis, topan lain yang pernah menguat dengan cepat adalah Atlantic Hurricanes Patricia pada Oktober 2015 dan Wilma pada 2005.
Diketahui, saat ini, Rabu (9/10) Topan "Super" Hagibis sedang berada di sekitar 380 km dari barat laut Guam dengan kecepatan 250 km/jam dan hembusan hampir 305 km/jam. Diperkirakan, Hagibis akan menguat dalam 24 jam hingga menyentuh 260 km/jam, setara dengan badai Atlantik kategori 5.
Sementara itu, badai ini juga diperkirakan akan bergerak ke utara sebelum berbelok ke timur laut dan menghantam Jepang pada akhir pekan nanti.
Jika diamati, Hagibis akan melemah ketika mendekati Jepang karena ada tekanan dari angin tingkat atas. Meski demikian, kekuatannya tetap akan sangat berbahaya dan eksplosif karena badai masih bisa setara dengan badai kategori 2 dengan kecepatan angin 160 km/jam dan hembusan 200 km/jam.
Jepang daratan diprediksi menjadi wilayah paling berisiko dengan pulau terbesar Jepang, Honshu yang kemungkinan terpukul paling parah. Hal ini sesuai dengan pengamatan terbaru di mana badai akan tepat di atas Tokyo pada Sabtu malam (12/10).
Hagibis juga akan membawa hujan deras pada akhir pekan nanti dengan curah hujan 200-300 mm. Selain itu, badai ini dipastikan akan mempengaruhi Piala Dunia Rugby, khususnya dua pertandingan yang berlangsung di Yokohama selama akhir pekan.
Sebelumnya, badai kategori 5, Badai Dorian baru-baru ini juga menghantam Bahama dan meluluhlantahkan negara di Kepulauan Karibia itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: