Demi mendorong penciptaan wisata halal, Taiwan menyelenggarakan Muslim Tourism Conference di International Conference Hall of the Institute of Transportation Building, Taiwan, Rabu (23/10). Tak tanggung-tanggung, Taiwan mengundang Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center sekaligus mantan Wakil Menteri Pariwisata Indonesia, Sapta Nirwandar.
"Sebenarnya wisata halal bukan semata-mata soal anjuran bagi umat Islam, namun merupakan
extended service bagi umat muslim dan bermanfaat bagi nonmuslim dari sisi konsumen maupun produsen,†ungkap Sapta Nirwandar dalam keterangan tertulis yang diterima
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (23/10).
Wisata halal sendiri, menurut Sapta, adalah persoalan mengenai akses, penyediaan informasi, dan kualitas pelayanan yang sangat terkait dengan kebutuhan wisatawan muslim. Misalnya tempat ibadah, hingga label halal yang tersertifikasi untuk restoran, hotel, spa, bakery shop, dan sebagainya.
Sapta juga menekankan wisata halal saat ini justru lebih berkembang di negara-negara mayoritas nonmuslim. Seperti Prancis, Inggris, Rusia, China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Pernyataan Sapta ini sesuai dengan data laporan Global Islamic Economy Summit, di mana angka halal
travelling spending pada 2017 saja sudah mencapai 184 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 2.582 triliun (Rp 14.035/dolar AS).
Ironisnya, di Indonesia wisata halal sangat mudah dijumpai. Akan tetapi jumlah wisatawan muslim yang berkunjung ke Tanah Air relatif masih kecil bila dibandingkan dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.