Keduanya bertemu di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, Jalan Pejambon, Senin (28/10).
Menlu Retno mengatakan, pertemuan ini sebagai pertemuan pertama menteri luar negeri setelah Kabinet Indonesia Maju dibentuk. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Maroko sebagai mitra bagi Indonesia.
Setelah menandatangi sejumlah
Memorandum of Understanding (MoU), kedua menlu ini saling menyatakan bahwa kerja sama kedua negara sangat penting. Menurut Retno, ada beberapa hal yang menjadi bahasan utama saat pertemuan dengan Bourita, khususnya di sektor ekonomi.
"Kita membahas kerja sama ke depan terutama untuk bidang ekonomi. Dua dari MoU yang ditandatangani terkait dengan penguatan kerja sama ekonomi, yaitu bidang perikanan dan perindustrian," ujar Retno.
Lebih lanjut Retno memaparkan lima poin pembicaraan dengan Bourita seperti negosiasi
Free Trade Agreement (FTA), akses pasar Indonesia di Maroko, kerja sama bidang vaksin dan farmasi, investasi infrastruktur Indonesia di Maroko, hingga
joint venture perusahaan pupuk kedua negara.
Selain lima poin tersebut, ada juga persoalan keamanan regional dan global, radikalisme dan terorisme, juga industri halal.
Menanggapi hal ini, Menlu Bourita menyambut proposal Indonesia dengan baik. Menurut Menlu Bourita, Indonesia adalah partner yang sangat potensial, terlebih kedua negara adalah negara dengan berpenduduk muslim terbesar di dunia.
"Kita banyak kesamaan dari sisi interaksi dan pandangan terhadap isu-isu internasional di regional dan didasarkan Islam," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: