"Kami telah membuat keputusan untuk menghentikan semua iklan politik di Twitter secara global," kata CEO Twitter Jack Dorsey dalam sebuah pernyataan.
"Kami percaya jangkauan pesan politik harus diperoleh, bukan dibeli," tambahnya, seperti dimuat
Reuters.
Larangan akan resmi diberlakukan pada 22 November. Hal itu akan secara signifikan mengurangi bisnis Twitter. Sahamnya sendiri turun 1,9 persen dalam perdagangan setelah pengumuman tersebut.
Twitter dan raksasa media sosial lainnya, Facebook diketahui menghadapi tekanan yang semakin besar untuk berhenti membawa iklan yang menyebarkan informasi palsu yang dapat mengarahkan pemilihan.
Sementara itu, pihak Facebook telah berjanji upaya untuk menangani informasi yang salah setelah propaganda Rusia di platform itu terlihat mempengaruhi hasil pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: