Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Gudang Tua Itu Sudah Menjadi Masjid

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Minggu, 03 November 2019, 23:15 WIB
Gudang Tua Itu Sudah Menjadi Masjid
Masjid Abdullah, Kuba, Havana/RMOL
DARI luar bangunan di Jalan Oficio, Havana Vieja atau Havana Tua, itu tampak seperti bangunan-bangunan lain di sekitarnya; komplek pertokoan yang memanjang dan sambung menyambung dari ujung ke ujung.

Masjid Abdullah, atau dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita Abdallah, resmi digunakan sebagai masjid umum pada 17 Juni 2015, bulan Ramadhan 1436 H.

Masjid Abdullah menggantikan masjid jami sebelumnya, Casa de los Árabes atau Rumah Arab, yang dibangun seorang imigran Arab yang tinggal di Kuba di era 1940an. Lokasinya persis di seberang Masjid Abdullah, dan kini menjadi museum imigran Arab.

Sebelum berfungsi sebagai masjid, gedung yang sekarang menjadi Masjid Abdullah adalah gudang mobil tua. Masjid Abdullah pun disebutkan hanya masjid sementara, sebelum masjid yang sedang dipersiapkan di lokasi yang telah ditentukan selesai dibangun. Masjid baru yang direncanakan itu juga berada di kawasan Havana Tua. Batu pertamanya sudah diletakkan beberapa tahun lalu.

Seperti Masjid Abdullah yang bersifat sementara, pembiayaan masjid baru yang sedang disiapkan itu pun ditopang oleh Arab Saudi.

Hari Jumat kemarin, saya ikut rombongan staf KBRI Havana shalat Jumat di Masjid Abdullah. Dari KBRI Havana di Avenue 5 kami menyusuri Malecon, dan berhenti di sisi Teluk Havana di ujung Calle 1ra, di dekat pasar loak. Lalu menyusuri jalan di belakang Museum Nasional Sejarah Alam Kuba, melewati Markas Sektor Militer Havana Tua sebelum akhirnya bertemu Jalan Oficio.

Jalan Oficio ini hanya satu blok dari Jalan Obispo, yang kalau ditelusuri ke selatan, akan berakhir di sebuah persimpangan persis di samping Bar Floridita, bar terkenal yang pada masanya kerap dikunjungi penulis Ernest Hemingway.

Imam dan khatib dalam shalat Jumat hari itu adalah seorang pemuda Mesir. Khutbah pertama disampaikannya dalam bahasa Arab, dan khutbah kedua dalam bahasa Spanyol. Jamaat yang mengikuti shalat Jumat ini lumayan banyak juga. Ada delapan syaf penuh.

***

Agama kembali mendapat tempat di Kuba setelah kunjungan Paus Paulus II ke Kuba pada 25 Januari 1998.

Itu adalah kunjungan pertama pemimpin Katolik ke Kuba yang mayoritas penduduknya sebelum Revolusi 1959 beragama Katolik.

Ratusan ribu warga Kuba termasuk Fidel Castro dilaporkan mengikuti misa yang dipimpin Paus Paulus II hari itu.

Setelah kunjungan Paus Paulus II, gereja Katolik mulai dibuka walau animo untuk kembali ke gereja belum sebesar di era pra Revolusi 1959.

Kunjungan Paus Paulus II dilakukan 40 tahun setelah Paus Pius XII memberkati patung El Cristo de la Habana yang dipahat di Italia oleh pematung wanita Kuba, Lilian Jilma Madera, sebelum dikirim ke Kuba. Patung setinggi 20 meter itu didirikan di Morro Caban, di sisi lain Teluk Havana.

Setelah diberkati Kardinal Manuel Arteaga Belancourt, patung El Cristo de la Habana dibuka untuk umum pada 25 Desember 1958.

Hanya seminggu setelah peresmian patung El Cristo de la Habana, Fidel Castro dan kawan-kawannya berhasil menggulingkan pemerintahan Batista, dan melarang agama.

Paus Benediktus menjadi pemimpin Katolik berikutnya yang berkunjung ke Kuba di bulan Maret 2012. Dalam kunjungan itu ia bertemu Fidel Castro dan Raul Castro yang menggantikan Fidel empat tahun sebelumnya.

Di bulan Mei 2015, Presiden Raul menemui Paus Fransiskus di Vatikan. Salah satu yang dibicarakan kedua tokoh adalah perbaikan hubungan Kuba dengan Amerika Serikat. Buahnya, pada Juli 2015 Amerika Serikat membuka Kedubes di Havana, di lokasi yang sama dengan Kedubes mereka yang ditutup setelah Revolusi 1959.

Di bulan September 2015 Paus Fransiscus membalas kunjungan Raul Castro. Dalam kunjungan ke Kuba, Paus Fransiscus juga bertemu dengan Fidel Castro.

Kunjungan Paus Paulus II ke Kuba tahun 1998 patut dicatat sebagai momentum yang sedikit banyak telah merevisi hubungan negara dan agama di Kuba pasca Revolusi 1959.

Bersamaan dengan dibukanya kembali “keran” agama, Islam pun menemukan tempatnya di Kuba. Tidak ada catatan mengenai kedatangan umat Islam di masa yang lampau. Sejauh yang kerap disebutkan, warga Kuba mengenal Islam dari diplomat atau pelajar Muslim yang menetap dan berkunjung ke negara itu.

Saat ini diperkirakan setidaknya ada 10 ribu pemeluk agama Islam di Kuba. Mereka tersebar di berbagai kota di Kuba.

Selain Masjid Abdullah di Havana Tua, masih ada beberapa masjid lain yang dibuka di rumah-rumah penduduk yang beragama Islam.

Beberapa media telah menurunkan laporan mengenai perkembangan Islam di Kuba.

Adapun bagi saya, untuk sementara mengenal Islam di Kuba cukup dengan menunaikan shalat Jumat di Masjid Abdullah di Havana Tua. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA