Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

2.000 Aktivis Anti-Imperialisme Berkumpul Di Kuba

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Senin, 04 November 2019, 00:55 WIB
2.000 Aktivis Anti-Imperialisme Berkumpul Di Kuba
Foto: RMOL
rmol news logo Tidak kurang dari 2.000 aktivis dari 700 organisasi di 87 negara menghadiri Konferensi Solidaritas Anti Imperialisme yang digelar akhir pekan ini di Hotel Palco, Havana, Kuba dari hari Jumat hingga Minggu (1-3/11).

Pembukaan Konferensi yang digelar bersamaan dengan peringatan 60 tahun Revolusi 1959 dan 500 tahun kota Havana ini dihadiri sejumlah pejabat tinggi Kuba seperti Sekretaris Kedua Partai Komunis Kuba José Ramón Machado Ventura, Presiden Majelis Nasional Rakyat Esteban Lazo, juga Menteri Luar Negeri Bruno Rodríguez Parrilla dan Sekjen Federasi Pekerja Kuba Ulises Guilarte.

Presiden Institut Persahabatan Kuba (ICAP) Fernando González Llort dalam sambutannya mengatakan, negaranya tidak pernah sekalipun tunduk pada tekanan Amerika Serikat.

Sementara Menlu Bruno Rodríguez dalam sambutannya mengatakan, Kuba akan terus melanjutkan perlawanan terhadap AS.

Hubungan Kuba dan AS memburuk setelah Revolusi 1959 yang dipimpin Fidel Castro dan Che Guevara Cs berhasil menggulingkan rezim otoriter Batista yang didukung AS.

Sebagai protes, AS menutup Kedubes di Havana dan menurunkannya ke level Kantor Seksi Kepentingan yang berada di bawah perlindungan Kedubes Swis.

Hubungan dengan AS sempat membaik di tahun 2015. Pada bulan Juli tahun itu hubungan diplomatik kedua negara dipulihkan, lalu di bulan Agustus Kedubes AS di Havana kembai dibuka dihadiri oleh Menlu John Kerry.  Di bulan Maret 2016, Presiden Barack Obama dan keluarganya berkunjung ke Kuba. Obama menjadi Presiden AS pertama yang berkunjung ke negeri tetangga itu.

Obama menggambarkan kunjungan ke Kuba sebagai upaya mengubur keping terakhir Perang Dingin yang ada di Amerika.

Tetapi bulan madu itu tidak berlangsung lama. Setelah Donald Trump memimpin AS, hubungan Kuba dengan negara itu kembali memburuk. Pada tahun 2017 pemerintahan Trump menuding Kuba melakukan penyerangan suara sonik ke Kedubes AS. Tuduhan ini masih misterius. Namun menyusul tuduhan itu, AS menarik hampir semua diplomatnya dari Havana.

Pada bulan April tahun ini Donald Trump mengumumkan perang ekonomi melawan Kuba. Salah satunya dengan melarang perusahaan-perusahaan asing menjalin kerjasama ekonomi dengan Kuba. Kapal-kapal tanker pengangkut minyak dari Venezuela juga diharamkan memasok minyak untuk Kuba.

Dalam pernyataan di Konferensi Solidaritas Anti Imperialisme, Menlu Bruno Rodríguez mengatakan, AS adalah ancaman yang nyata bagi dunia termasuk Kuba.

Menlu Rodríguez juga mengatakan, pemilihan presiden AS yang semakin dekat membuat pemerintahan Trump memperkuat tekanan pada Kuba demi menjaring dukungan.

Karena blokade ekonomi itu, katanya lagi, kini Kuba kesulitan untuk melanjutkan pembangunan. Bahan bakar yang ada hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain menyampaikan dukungan kepada Kuba, peserta Konferensi juga membawa berbagai isu lokal yang mereka hadapi. Delegasi dari Palestina, misalnya, membawa isu penjajahan abadi Israel atas tanah Palestina. Sementara delegasi Brazil menggalang solidaritas internasional untuk pembebasan mantan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva.

Delegasi Honduras juga menyampaikan kecaman terhadap pemerintahan ilegal yang kini berkuasa di negara Amerika Tengah itu.   rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA