Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Floridita Dan Revolusi Kuba

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Sabtu, 09 November 2019, 23:47 WIB
Floridita Dan Revolusi Kuba
Bar Floridita di Havana, Kuba/RMOL
HAVANA, atau Habana. Yang mana saja benar dan dibenarkan. Namun tak lengkap rasanya bila berkunjung ke ibukota Republik Kuba, ibukota revolusi dunia, itu tanpa mengunjungi bar Floridita.

Bar Floridita terletak di ujung Calle Obispo, di seberang Jalan Monserrate dari arah Museo Nacional de Bellas Artes de La Habana di Havana Vieja atau Havana Tua.

Di dinding kanan pintu masuk yang berada di salah satu sudut, Anda akan menemukan sebuah plakat yang dikeluarkan majalah Esquire tahun 1953, yang menyatakan Floridita adalah satu dari tujuh bar terbesar (greatest) di dunia.

Bar Floridita terkenal karena dua hal: daiquiri dan Ernest Hemingway. Kedua hal ini saling melengkapi, membuat Floridita sampai kini selalu penuh sesak dikunjungi turis dari berbagai penjuru dunia.

Daiquiri sebenarnya adalah minuman yang biasa saja. Campuran rum, jus lemon, gula, dan es serut. Yang membuat istimewa adalah komposisi dan rum putih Havana Club yang digunakannya. Rum itu harus berusia fermentasi maksimal tiga tahun. Tidak boleh lebih.

Diambil dari nama sebuah pantai dan tambang besi di Santiago de Cuba, daiquiri yang seperti kata "Havana" berasal dari bahasa suku Taino, konon diciptakan oleh seorang insinyur pertambangan dari AS, Jennings Cox, di era Perang Amerika-Spanyol.

Ada juga catatan yang mengatakan daiquiri yang biasa dihidangkan di gelas cocktail diperkenalkan anggota Kongres AS, William A. Chanler, di awal abad ke-20, di New York, setelah ia membeli tambang besi di Santiago de Cuba.

Ernest Hemingway yang pernah tinggal di Kuba sekitar 20 tahun lamanya, antara 1939 sampa 1960, kerap mengunjungi Floridita yang terletak sekitar 24 kilometer dari rumahnya, Finca Vigia yang kini menjadi museum Hemingway, di San Fransisco de Paula.

Beberapa catatan mengatakan, Hemingway menghabiskan belasan gelas cocktail daiquiri setiap kali berkunjung ke bar Floridita. Daiquiri bisa meluruskan pikiran Hemingway, membantu proses kreatif sehingga lahirlah karya-karya besar dari tangannya, terutama The Old Man and the Sea yang mendapatkan Pulitzer bidang karya fiksi dan Nobel Prize bidang sastra.

Jorge, guide lokal yang menemani saya ke bar itu beberapa hari lalu, punya cerita yang lebih seram lagi soal kebiasaan Hemingway menenggak daiquiri. Katanya, tidak kurang dari 40 cocktail daiquiri dihabiskan Hemingway setiap kali berkunjung ke Floridita.

Hemingway juga punya ramuan sendiri. Ia selalu mengurangi takaran gula dan melipatgandakan rum putih Havana Club pada daiquiri yang diminumnya. Dia habiskan tanpa membuatnya menjadi tenggen.

Ketika baru dibuka pada 1817, bar itu bernama La Pina de Plata atau Nenas Perak. Seratus tahun kemudian, di era Perang Dunia I, Nenas Perak diramaikan oleh tentara dan turis asal Amerika Serikat. Membuat lama kelamaan ia dikenal dengan nama baru El Floridita, dari kata Florida, wilayah AS yang hanya sepelemparan batu dari Kuba.

Pada 1918, kepemilikan bar beralih ke tangan Constantino, seorang imigran Katalonia, Spanyol, yang bekerja sebagai bartender di tempat itu sejak empat tahun sebelumnya.

Constantino lah yang di era 1930-an mulai memperkenalkan daiquiri di Floridita.

Setelah Revolusi 1959 berhasil menggusur pemerintahan Fulgencio Batista dan memaksanya melarikan diri ke Republik Dominika, bar Floridita diambil negara.

Kini tak banyak yang berubah dari bar itu. Suasananya masih seperti di era 1940-an dan 1950-an. Warna merah tetap dipelihara sebagai nuansa utama. Selain sinar lampu yang temaram. Begitu juga pakaian bartender dan pelayan lainnya.

Kini ada sedikit yang berbeda dengan menu daiquiri. Anda yang tidak bisa dan tidak biasa meminum minuman beralkohol bisa memesan daiquiri tanpa rum. Atau, bila suka, Anda pun bisa memesan daiquiri dengan campuran buah tertentu. Yang paling sering dipesan, kata Jorge lagi, daiquiri rasa stoberi.

Kemana pemilik asli bar ini, tanya saya kepada Jorge.

Dia menggelengkan kepala.

Tidak jelas, katanya. Mungkin sekali, seperti banyak orang kaya pada masa itu, sang pemilik pergi meninggalkan Kuba karena tak setuju dengan api revolusi yang dinyalakan Fidel Castro.

Patung Hemingway seukuran badan diletakkan di pojok kanan meja bar. Dari arah itu, pandangan patung Hemingway mengarah ke bagian tengah, ke arah para pengunjung yang menikmati daiquiri dan live musik di pojok lain.

Tak jauh dari patung Hemingway, di dinding digantung foto Hemingway dan pemimpin Revolusi 1959 Fidel Castro, serta tulisan tangan Hemingway yang berbunyi: My mojito in La Bodeguita, my daiquiri in El Floridita. Atau, mojito ku di La Bodeguita, daiquriku di El Floridita.

La Bodeguita adalah bar lain di Havana Tua yang terletak di Jalan Empedrado. Bar ini juga cukup terkenal dan dikunjungi banyak tokoh dunia.

Presiden Chile Salvador Allende dan pemenang Nobel bidang sastra Pablo Neruda, misalnya. Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ketika berkunjung ke Kuba pada 2000 juga pernah makan di restoran di belakang bar Badequita.

Seperti Floridita, setelah Revolusi 1959 bar Badequita juga dikuasai negara.

Rum Havana Club juga bernasib sama.

Rum ini awalnya diproduksi di Cardenas tahun 1934 oleh keluarga Jose Arechabala juga jadi milik negara setelah Revolusi 1959.

Pada 1993 pemerintah Kuba menjalin kerja sama dengan perusahaan Prancis untuk mengeskpor Havana Club ke seluruh penjuru dunia. Kecuali Amerika Serikat. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA