Di hadapan para pendukungnya, dia menegaskan janjinya untuk menyatukan kubu kiri demi memenangkan pemilu 2022 mendatang dan menggantikan pemerintahan Bolsonaro.
Dalam pidato selama 45 menit, Lula yang merupakan presiden Brasil antara tahun 2003 hingga 2010 itu membidik daftar panjang musuh-musuh politiknya, termasuk Bolsonaro, Menteri Ekonomi Paulo Guedes dan Menteri Kehakiman Sergio Moro.
"Saya ingin memberi tahu mereka, saya kembali," kata pria berusia 74 tahun itu kepada ratusan pendukungnya yang berpakaian merah, warna Partai Buruh.
"Jika kita bekerja keras, pada tahun 2022 yang disebut kiri itu Bolsonaro sangat takut akan mengalahkan ultra-kanan," katanya seperti dimuat
Reuters.
Secara hukum, Lula tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden di negara tersebut hingga tahun 2025. Hal itu dikarenakan dia harus membuat "catatan bersih" setelah mendekam di balik jeruji besi karena kasus suap yang menjeratnya pada tahun 2018.
Dia dinyatakan bersalah menerima suap dari perusahaan konstruksi dengan imbalan kontrak publik. Namun Lula tidak pernah mengakui tuduhan yang dilayangkan padanya dan menyebut bahwa kasus itu dibuat dengan motif politik.
Lula dibebaskan pada Jumat (8/10) setelah Mahkamah Agung Brasil mengeluarkan putusan untukengakhiri hukuman penjara wajib bagi para penjahat yang dihukum setelah mereka kehilangan banding pertama mereka.
Meski begitu, pembebasan Lula diperkirakan akan memberikan energi baru bagi kaun kiri menjelang pemilihan kota tahun depan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: