Sebanyak 35 kandidat bersaing untuk mengantongi tiket menjadi orang nomor satu di Sri Lanka dalam pemilu yang digelar untuk ketiga kalinya sejak berakhirnya perang saudara selama puluhan tahun di negara itu pada tahun 2009 lalu.
Presiden yang menjabat saat ini, Maithripala Sirisena tidak ikut dalam pemilihan kali ini setelah kebanjira kritik pasca serangan bom Minggu Paskah. Pemerintahannya dianggap "kecolongan" karena mengabaikan peringatan intelijen soal rencana serangan tersebut.
Menteri Pertahanan Sri Lanka mengungkapkan bahwa peringatan intelijen telah disampaikan oleh India dari awal bulan tentang serangan itu. Namun perigatan itu tidak disampaikan dengan baik oleh pihak berwenang. Akibatnya, serangan pun terjadi dan menewaskan 253 orang. Serangan tersebut membuat geram warga Sri Lanka.
Bukan hanya itu, sesaat sebelum pemilu digelar pun terjadi insiden penyerangan dan kekerasan.
Tepat sebelum pemungutan suara berlangsung, sejumlah orang bersenjata dilaporkan melepaskan tembakan ke konvoi bus yang membawa pemilih Muslim di barat laut negara itu. Para pelaku membangun penghalang sementara dari ban yang terbakar, sebelum menembaki bus dan melempari mereka dengan batu.
Dikabarkan
BBC, polisi mengatakan tidak ada korban, tetapi dua wanita terluka oleh batu-batu itu.
Sementara itu di semenanjung Jaffna utara, polisi mengatakan 10 pria ditangkap karena berusaha membuat masalah.
Meski demikian, jumlah pemilih dilaporkan tinggi. Ketua pemilihan Mahinda Deshapriya mengatakan, partisipasi pemilih dalam pemilu tersebut lebih dari 80 persen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.