Penangguhan dilakukan setelah National Human Rights Institute Chili mencatat ada sekitar 222 kasus pasien menjalani rawat inap karena cedera mata akibat tembakan peluru karet.
Pengumuman penangguhan penggunaan peluru karet tersebut disampaikan Kepala Polisi Militer Chili, Mario Roza, Selasa (19/11). Ia menegaskan, peluru karet hanya bisa digunakan untuk pertahanan diri ketika ada ancaman yang mematikan.
"Sebagai langkah yang bijaksana, penggunaan amunisi sebagai penghalau kerusuhan yang tidak mematikan ini ditangguhkan," kata Roza kepada wartawan seperti dimuat
Aljazeera, Rabu (20/11).
Sebelumnya, polisi setempat mengklarifikasi bahwa peluru yang digunakan terbuat dari karet. Tetapi beberapa penelitian menemukan bahwa peluru tersebut juga mengandung logam.
Chili sendiri saat ini tengah dihadapkan dengan aksi protes ribuan warga kepada pemerintah sejak Oktober. Protes ini berkenaan dengan kenaikan tarif transportasi sebesar 1,17 dolar AS untuk satu kali perjalanan.
(09riz)
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: