Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Dutabesar AS untuk Taiwan, Brent Christensen pada Jumat (22/11).
Walaupun AS tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, namun secara
de facto AS memiliki keharusan untuk terikat hukum melindungi Taiwan.
"Kami sadar bahwa China berusaha untuk menerapkan tekanan melalui berbagai cara di Taiwan. Tentu saja, upaya-upaya ini untuk mempengaruhi proses demokrasi Taiwan," ujar Christensen merujuk pada masuknya kapal ke Selat Taiwan pada Minggu (17/11) seperti yang dimuat
Reuters.
Lebih lanjut, Christensen mengatakan segala upaya untuk mengintervensi Taiwan dengan cara selain damai, seperti boikot atau embargo adalah sebuah keprihatinan yang besar bagi AS.
Karena, menurutnya, Taiwan dan AS memiliki hubungan yang sangat dekat di mana AS menjual senjatanya ke Taiwan hingga 10 miliar dolar AS atau Rp 141 triliun (Rp 14.108/dolar AS) pada tahun ini.
"Saya percaya, kita memiliki hubungan yang kuat dalam masalah keamanan yang kita antisipasi akan menjadi lebih kuat," tambahnya.
Dalam pemilihan presiden Taiwan sendiri, Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik pro kemerdekaan harus melawan Han Kuo-yu dari Partai Kuomintang yang dekat dengan China.
Sementara itu, dalam beberapa bulan terakhir, China semakin gencar melancarkan upaya untuk menyatukan kembali Taiwan yang dianggapnya sebagai provinsi bandel dengan mengerahkan patroli di sekitar Taiwan dan berusaha mengisolasinya secara diplomatis.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: